Bukan hanya buruh saja yang menderita di negeri ini, kaum tani juga, sama-sama korban dari sistem kapitalisme. Maka apa yang dilakukan buruh melakukan mogok nasional mendapatkan dukungan penuh dari petani Indonesia. BACA SELENGKAPNYA …
“Memandang penting bahwa kaum tani patutlah mendukung gerakan mogok kaum buruh dan perjuangannya saat ini dan di masa yang akan datang sebagai bagaian yang tak terpisah dalam konteks gerakan rakyat senasib sependeritaan akibat eksploitasi sistem kapitalisme,” tegas Kepala Departemen Penguatan Organisasi Rakyat KPA (Konsorsium Pembaruan Agraria), Kent Yusriansyah (31/10).
Menurut Kent, ada yang istimewa dalam perjuangan kaum buruh saat kali ini, yakni bersamaan dengan sekaratnya jantung kapitalisme internasional dalam 5 tahun terakhir. Istimewa lainnya, perjuangan buruh di Indonesia pun ternyata berjalan beriringan dengan ribuan perlawanan rakyat diberbagai belahan dunia.
“Sehingga tindakan buruh yang berlawanan itu memiliki dua pukulan hebat: penghancuran terhadap penyelamatan sistem kapitalisme dan “mengganggu” konsolidasi investasi di tingkat nasional,” tutur Kent.
Terang Kent, lembaga-lembaga internasional kapitalis memang kerap menjerat bangsa Indonesia lewat hutang-hutangnya dan program-program terkait pasar bebas mereka. Akibatnya, jutaan tenaga produktif kita menjadi miskin. Contohnya ADB (Asia Development Bank/Bank Pembangunan Asia) yang memberikan peringatan dengan tegas kepada rezim SBY agar tidak menghapus sistem outsourcing di Indonesia. ADB menganggap sistem outsourcing sangat berguna demi penghematan perusahaan (Detik Finance, 3 Oktober 2012).
Kapitalis juga sedang mengincar tanah bangsa ini. Dengan dalih investasi demi kemajuan bangsa, investasi akan merampas tanah rakyat secara besar-besaran. “Inilah yang KPA sorot bahwa investasi dari pemodal adalah salah satu penyebab hancurnya tenaga produktif nasional dan hilangnya kedaulatan rakyat di negerinya sendiri,” tegas Kent.
“Konteks itu sesungguhnya telah menegaskan kepada seluruh kaum buruh dan seluruh massa rakyat, bahwa kekuasaan Rezim SBY - Boediono dan seluruh politisi yang pro-pemodal di parlemen berdiri tegak selama dua periode dengan menghisap hasil kerja kaum buruh, menikmati upeti politik dari perusahaan-perusahaan outsourcing tanpa memperdulikan akibatnya, bahkan melegalkan perampasan tanah rakyat untuk kepentingan modal dan pembangunan tapi situasinya membuat alienasi buruh tani dari pusaran ekonomi politik,” terangnya.
Maka dalam hal kebijakan penentuan upah, penentuan upah seharusnya tidak lagi berdasarkan upah minimum propinsi (UMP) ataupun Upah minimum kota/kabupaten (UMK), tetapi harus berdasarkan pada Upah Layak Nasional (ULN) seperti yang selama ini sudah disuarakan oleh gerakan serikat buruh secara nasional, karena system pengupahan saat ini hanya akan menciptakan kota/kabupaten sasaran penghisapan terhebat, karena tiap kota/kabupaten akan berlomba menetapkan UMK terendah dengan dalih sebagai daya tarik investasi.
Politik liberal yang terjadi selama ini memang lebih banyak menghasilkan pemerintahan daerah dan pemerintahan nasional yang lebih tunduk pada kepentingan kaum modal dibandingkan kepada kepentingan nasional apalagi kepentingan rakyat Indonesia.
Tanpa merubah sistem pengupahan menjadi sistem Upah Layak Nasional sesungguhnya rezim SBY-Boediono sedang memperpanjang penghisapan hebat kaum modal pada kerja kaum buruh Indonesia. Krisis yang terjadi disebabkan oleh rezim yang menganut sistem politik ekonomi kapitalis dan cengkraman imperialis.
“Untuk itulah kami menyerukan kepada seluruh rakyat untuk menyokong gerakan kelas buruh yang saat ini sedang bangkit. KPA meletakkan dasar pokok dukungan kaum tani terhadap kaum buruh yang melakukan perjuangan dalam bentuk mogok nasional saat ini, kami letakkan garis hubung yang tidak bisa dipisahkan yakni hubungan reforma agraria dan Industrialiasi nasional yang digerakkan bersama dua kekuatan social rakyat terbesar (buruh-tani) di repubik ini, sebagai satu syarat mutlak membangun kedaulatan rakyat dengan tanpa dikendalikan oleh politik pro investasi dan modal,” terang Kent.
BACA BERITA TERKAIT:
Momentum Hari Tani, YTM: Ini Waktunya Gerakan Tani & Buruh Bersatu Lawan Kapitalisme
Sumber Daya Alam Tergadaikan, Dialog Buruh: Itulah Makanya Indonesia Harus Revolusi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H