Mohon tunggu...
Virkam
Virkam Mohon Tunggu... -

Menulis tanpa berkata dan membaca tanpa bersuara.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

KMP dan Politik Dagang ala VOC Belanda

12 Oktober 2014   02:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:26 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Peninggalan atau warisan dari Belanda yang paling kekal ialah, Devide et impera (Politik adu domba). Mulai dari jaman kemerdekaan (orde lama) , pembangunan (orde baru) sampai dengan jaman reformasi, sepertinya cara politik seperti itu terus bertahan dan dipertahankan entah sampai kapan? , lantaran suka atau tidak suka, tetap saja harus mau mengakui bahwa semua itu realita yang terjadi selama ini dikancah politik nasional.

Politik adu domba pada awalnya merupakan strategi untuk memecah belah kekuatan Nusantara, yaitu dengan cara merekrut kelompok pribumi demi melawan kelompok pribumi yang lain. Dan hebatnya sampai dengan sekarang hal itu terus menerus dipertahankan. Seolah - olah strategi politik itu menjadi karakter abadi yang melekat di Republik Indonesia!

Jika bercermin pada sejarah versi umum, yaitu penjajahan Belanda selama 350 tahun. Maka sudah pasti apa yang menjadi penerapan sifat - sifat penjajah tidak begitu saja luntur atau bahkan menghilang. Karena telah mendarah daging kedalam politik Indonesia sampai dengan sekarang, bahkan bisa dibilang telah menjadi kebudayaan turun-temurun.  Dan sungguh sangat memprihatinkan peninggalan belanda tersebut, masih dilestarikan oleh elit-elit politik  dengan penuh kebanggan dan kebahagiaan!

Seandainya jika sekedar beda pemikiran, maka semua itu pasti terjadi di banyak negara lain juga. Sekalipun negara-negara yang memiliki gelar Negara maju. Akan tetapi meski beda pemikiran, mereka tetap berpegang teguh pada kesejahteraan dan kemakmuran bangsa dan rakyatnya! Sedangkan di Indonesia bukan sekedar beda pikiran, melainkan sudah beda motif dan tujuan, sehingga kurang memperdulikan rakyat secara global. Melainkan bagaimana caranya menjegal dan menjatuhkan kubu lain, demi kemajuan kelompok / golongannya sendiri!

Mungkin mayoritas negara di dunia sering mentertawakan Indonesia, karena meski merdeka secara fisik, tapi secara pola pikir, tingkah laku dan kepribadian masih mempertahankan doktrin - doktrin yang diterapkan Belanda. Karena Belanda hanya punya 3 tujuan kepada Nusantara yaitu, Kebodohan, kemiskinan , dan adu domba sesama pribumi selama - lamanya!

Dan ada satu lagi budaya Belanda yang masih terpelihara dan dilestarikan sampai dengan sekarang yaitu , suap atau penyuapan kepada kepala daerah. Jika bahasa jaman dahulunya ialah upeti kepada penguasa untuk sebuah kelancaran dan lain sebagainya. Karena pada jaman penjajahan, sudah biasa jika para raja - raja kecil mendapatkan jatah dari penjajah. Agar mereka (Belanda) bisa dengan leluasa mengeruk sumber daya alam dan mendapatkan perlindungan dari penguasa lokal!

Ambil contoh sederhana ialah Provinsi Riau, yang menurut data akurat merupakan provinsi paling kaya di Indonesia, dengan perhitungan kaya minyak dari bawah bumi ( migas ) sampai dengan atas bumi ( sawit dsbnya). bahkan beberapa pengamat berasumsi bahwa kekayaan Riau bisa mengalahkan Papua ( tambang emas ). Seandainya Riau menjadi negara sendiri, dan sumber daya alamnya untuk kemajuan Riau, maka bisa dipastikan menjadi negara kaya raya!   Akan tetapi fakta dilapangan berkata lain, yaitu 3 gubernurnya hattrick korupsi, sedangkan masyarakatnya banyak hidup dalam kemiskinan, serta tingkat pendidikan yang masih rendah.

Jika contoh globalnya ialah, 300 lebih kepala daerah beserta 3000 lebih anggota dewan terjerat suap ( korupsi ) selama KPK berdiri. Berarti tidak berlebihan jika seandainya saya sebut suap - menyuap merupakan tradisi dan kebudayaan upeti yang diterapkan Belanda dijaman penjajahan, demi kelancaran dan kelanggengan mengeruk sumber daya alam Indonesia!

HASYIM DAN ARB ( KMP) IALAH PENJELMAAN DARI VOC BELANDA

Belanda ialah penjajah yang memiliki tipikal pedagang / pengusaha khususnya VOC. Yang hebatnya mereka bermodal tangan kosong tapi bisa mengeruk keuntungan yang sebesar- besarnya dari Nusantara. Apa bedanya dengan para pengusaha - pengusaha kotor jaman sekarang, khususnya Investor nakal luar negeri. Dengan modal investasi 1 juta dollar, maka dapat keuntungan 100 juta dollar. Dengan hasil yang memuaskan seperti itu, mereka tinggal ambil langkah pergi dengan melakukan / mengatakan pailit. Sebagaimana ketika VOC berhasil mengeruk kekayaan Indonesia, lalu dengan mudah mengatakan bangkrut?.  Mungkin harta karun VOC diambil mahluk gaib

Sekarang mari kita hubungkan VOC jaman Belanda dengan kondisi politik sekarang ( maaf jika sedikit berlebihan) yaitu, Hasyim dan ARB sudah sangat jelas merupakan pengusaha. Yang dimana memiliki prinsip paling mendasar untung - rugi, dengan modal yang sangat besar mencapai trilyunan membangun partai ( Hasyim ), dan mengembangkan jaringan koneksi ke semua DPD partai ( ARB ). Maka apakah tujuan utama mereka berdua ?. Apakah dengan begitu saja menerima kekalahan pilpres, kemudian mengikhlaskan trilyunan demi bangsa dan negara ?. Tentu saja tidak, pastinya harus berusaha balik modal dan  mendapatkan keuntungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun