Mohon tunggu...
Suami_intan
Suami_intan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Relawan Ahok Digrebek Singapura

7 Juni 2016   12:04 Diperbarui: 7 Juni 2016   12:07 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minggu lalu kita semua dikejutkan oleh berita mengenai dua sukarelawan Ahok yang dideportasi oleh pemerintah Singapura. Para pendukung AHok segera tereak mereka adalah qurban terdzalimi. Sementara kontra Ahok tidak kalah tereak mengatakan memalukan. Nyari duit kampanye di Singapura.MAsing masing merasa paling pinter dan paling bener. Dengan ahlinya memberikan "masukan" dan "pandangan" masing masing. Seperti layak nya propesor dibidang ilmu politik (Padahal pada nganggur, kalau punya gawe gak mungkin bisa nulis panjang gini)

Setelah ane analisa (Kayak nyang paling pinter juga) terlihat bahwa kasus deportasi ini bukan ada urusanya sama Ahok (Ya mungkin ada tapi tidak signipikan) sebenarnya. Nyang ditakutkan oleh pemerintah Singapura. Adalah kemungkinan terjadinya revolusi mental ala reformasi tahun 1998 di NKRI pada saat itu.

 Ijin ane jembrengkan sedikit latar belakang politik Singapura.  Sejak tahun 1965. 1 partai saja lah yang selalu memang pemilu di Singapura. Partai tersebut adalah PAP (Peoples action party) partai ini, macam Golkar di Indonesia pada masa ORBA.  Cara PAP ini mempertahankan kekuasaan mereka juga cukup keji. Contohnya adalah Chee soon Juan. Dedengkot dari SDP (Singapore democratic party) Begitu bicara keras dikit. Langsung di bangkrutkan lewat pengadilan dan dibuat hidupnya susah. Di Indonesia dahulu kan minimal ditembak dan dihilangkan. Jadi tidak menderita amat. Kalau dibiarkan hidup tapi bangkrut dan kagak boleh nyari kerja. Nah itu lah namanya penderitaan.

Balik ke laptop. Nah sekarang. Ape urusannya sama pendukung Ahok digrebek disono. Jawabnya simple. Singapura ketakutan. Jaman Orba yang namanya suku Tionghoa kan di sudutkan. Sebagai pendukung PKI katanya. Jadi kagak boleh masuk pentas penyelenggara negara. "Kita olang tagang aya" kata kawan kawan Tionghoa pada saat itu. Tetapi reformasi mengubah semangat itu. Sekarang sesuatu nyang "impossible" menjadi "probable" Seorang Tionghoa menjadi gubernur dan pendukung nya jutaan lagi. 

Dan bukan semua dari etnis Tionghoa. Kemudian wanita menjadi menteri, wanita jadi presiden. Ditambah lagi sekarang pandangan dunia terhadap Indonesia menjadi sangat positip. Demokrasi terbesar ke 3 di dunia dan nomor 5 pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2014-2015. Sementara ekonomi Singapura lesu dan di cap sebagai "negara pelingdung koroptor". Ditambah banyak kaum muda Singapura mempertanyakan sistem politik mereka yang sangat tidak demokratis.

Semua kejadian ini membuat pemrentah Singapura kebat kebit. Tinggal menunggu waktu saja. Bahwa generasi muda Singapura akan bangkit dan meminta untuk mengganti sistem demokrasi mereka menjadi demokrasi seperti di Indonesia. Hal inilah yang sangat ditakutkan oleh pemerintah Singapura akan terjadi. Makanya orang teman Ahok dilarang masuk ke negeri mereka. Kerna dikhawatirkan akan ada beberapa kaum muda Singapura yang akan terinspirasi oleh perjuangan mereka. Contoh adalah Amos yee. Nyang dikrengkeng walapun masih 17 tahun kerna mengkritisi Lew kuan yee. 

Kedepannya menurut ane. Bakal banyak kejadian seperti ini lagi. Dimana kegiatan "grass root" politik Indonesia akan di larang masuk oleh Singapura. Kerna mereka takut akan perubahan yang menyebabkan Singapura pindah menjadi negara kelas bongkrek dunia.

Ahok atau bukan. Marilah kita bersukur. Bahwa kita boleh mengexpresikan kehendak kita secara bebas (Walaupu terkadang tidak sopan) Disini bisa menuduh Ahok ini itu. Presiden ini itu dll. Kalau di Singapura, pastilah sudah cilaka kita kita. Diujung tulisan ane ini. Marilah kita mengheningkan cipta. Untuk para pahlawan kita dan pahlawan repormasi. Yang telah memberikan kebebasa kepada kita semua. MERDEKA!!

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun