Mohon tunggu...
Suaib Prawono
Suaib Prawono Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja sosial di jaringan GUSDURian

Bukan siapa-siapa, hanya penikmat kopi dan makanan khas Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Normalkan Asam Lambung Akut dengan Berpuasa

2 April 2024   03:47 Diperbarui: 2 April 2024   04:41 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Akibatnya, puasa yang dilakoninya itu hanya sekadar pemulihan pisik, bukan mental. Padahal umumnya Aslam terjadi karena persoalan mental, salah satunya adalah overthingkin. Jadi bukan sebaliknya, Aslam menjadi penyebab overthingkin.

Karena itu, puasa menjadi penting untuk menormalkan semua itu. Dengan berpuasa, sebagaimana hadis nabi di atas, seseorang akan sehat secara jasmani dan rohani, sebab ada dua energi yang terkandung dalam puasa, yaitu; energi lahiriah dan batiniah; jasmaniah dan spiritual.

Jika puasa berarti menahan, maka tentu tidak hanya sekadar menahan diri untuk tidak makan dan minum hingga waktu berbuka tiba, tetapi juga menahan atau mengendalikan cara pandang dan  pikiran-pikiran negatif yang sering kali muncul di kepala tanpa disadari.

Berpuasa dari pikiran-pikiran negatif tentu saja sangat penting, sebab selain menjadi anjuran agama, juga bertujuan untuk kesempurnaan spritualitas puasa, menyehatkan sikap, mental dan  pisik. Karena itu, puasa yang hanya bertujuan untuk kepentingan fisik semata akan hampa secara spiritual.

Kata nabi "ada banyak orang berpuasa, namun tidak ada apa-apa yang dia dapatkan dari puasanya itu, kecuali lapar dan haus". Karena itu, kita tak perlu heran, jika banyak orang menjalankan ibadah puasa dengan berkeluh-kesah. Padahal puasa di satu sisi selain bisa mengsucikan diri dari dosa-dosa,  juga menyadarkan kita akan pentingnya bersyukur.

Pasrah
Kebanyakan mengeluh membuat fisik dan jiwa kita lemah, sehingga kehilangan keberanian menghadapi kenyataan. Padahal bisa jadi ketakutan dan kekhawatiran yang muncul dalam benak kita adalah dampak dari overthingkin yang umumnya terjadi karena kita lebih mempercayai asumsi-asumsi yang terbangun di kepala.

Meski asumsi tersebut berdasar pada pengalaman, namun harus disadari bahwasanya tidak selamanya asumsi yang terbangun di kepala benar. Olehnya itu, syukur, selain punya kekuatan meredam ego dan keserakahan, juga menerima keadaan dengan penuh kesabaran. Hal ini penting, sebab tidak semua masalah yang ada di kepala bisa diselesaikan. 

Pada konteks inilah, Islam mengajarkan kepasrahan, yaitu menyerahkan sepenuhnya masalah kepada sang pemilik kehidupan. Pasrah bukan berarti putus asa, melainkan ekspresi diri sebagai makhluk  teologis. Sebab hanya manusia yang lupa diri yang tidak mau berpasrah pada Tuhannya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun