"Mua' didundumi wai marandanna to Mandar, mandarmi tu'tau. (jika Anda telah meminum air jernihnya orang Mandar, maka Mandarlah Anda).
Demikian pesan leluhur masyarakat Mandar. Pesan tersebut sangat populer di Tanah Mandar, sebab tidak jarang disampaikan di acara pementasan seni dan acara-acara seremonial penjemputan tamu. Kendati demikian, pesan leluhur itu tidaklah semudah yang dituturkan, sebab bicara tentang Mandar, tidak hanya sekadar bicara tentang entitas wilayah, tetapi juga nilai dan prinsip hidup.
Mungkin karena itu, salah seorang rekan penulis pernah berkata, "ternyata menjadi orang Mandar tidak semudah yang dibayangkan," katanya usai membaca artikel berjudul, "Barlop: Manusia Langka dari Tanah Mandar".
Tulisan yang pernah dimuat di media seputarsulawesi.com itu, tampaknya tak hanya berkesan baginya, tetapi juga mengunggah kesadaran diri sebagai orang yang kebetulan lahir dan besar di tanah Mandar.
"Usai Membaca artikel itu, tak henti-hentinya saya mempertanyakan identitas kemandaran saya," katanya lagi.
Meski secara lisan, kata Mandar sangat muda diucapkan, namun secara nilai dan praktik hidup sangat berat. Berani menyebut diri sebagai orang Mandar, paling tidak berani berperilaku seperti Barlop; sosok manusia Mandar yang  menurutnya berhasil meneladankan nilai-nilai kemandaran dalam hidupnya.
Paling tidak, ada tiga hal yang melekat pada diri pendekar Hukum bernama lengkap Prof. Dr. Baharuddin Lopa itu, yaitu; keberanian, kejujuran dan kesederhanaan. Keberanian Barlop menjadi penopang  utama sikap dan perilakunya. Semasa hidupnya, pria kelahiran Pambusuang itu tidak hanya berani menyuarakan keadilan dan kejujuran, tetapi juga berani hidup sederhana.
Mungkin karena prinsip itu, hidupnya tak mudah digoyahkan oleh materi. Kesederhanaan mampu membentengi dirinya dari keserakahan dan perilaku korupsi yang umumnya menimpa orang-orang yang punya jabatan dan kuasa.
Tak hanya itu, dalam menegakkan keadilan, ia mengaku tak pernah gentar dengan siapa pun. "Mua meruppa tau dua bando'o, andianga namarakke mua salao." (Jika wajahmu masih berbentuk manusia, maka selama itu juga saya tidak akan pernah takut jika Anda berbuat salah," kata Barlop suatu ketika.
Sikap kesatria Barlop ini, sekaligus menegaskan dirinya sebagai orang yang memegang teguh nilai dan prinsip hidup orang Mandar. Karena itu, sangat pantas jika mantan Jaksa Agung di era kepemimpinan Presiden KH. Abdurrahman Wahid itu menyebut diri sebagai orang Mandar.
Saya Orang Mandar