Manusia yang terus membiarkan kebencian tumbuh dalam dirinya, hidupnya tidak akan tenang dan tidak akan bisa menjadi manusia seutuhnya, yaitu manusia yang tercerahkah secara lahir dan batin.
"Jika hati dilumuri kebencian, kita akan sulit menerima cahaya kebenaran dan berlaku adil," ujar kiai tersebut.
Sifat seperti tentu saja sangat berbahaya, selain kebencian dan perilaku tidak adil membuat manusia tidak beradab, juga menjadi penghambat kemajuan. Singkatnya, kemajuan sebuah bangsa tidaklah dibangun di atas kebencian dan prasangka buruk, melainkan dengan keterbukaan dan rasa ingin tahu.
Sebagai ahli agama, pak kiai hanya ingin memastikan bahwasanya larangan berburuk sangka betul-betul mampu disadari oleh jamaahnya. Baginya, kesadaran tidak hanya mampu mengendalikan, tetapi juga mampu mengubah kebiasaan buruk.
"Perubahan selalu bermula dari kesadaran, ketiadaan kesadaran, perubahan hanya sekadar mimpi," katanya.
Pada akhirnya, kesadaran hanya mungkin bisa tercipta, jika manusia mampu membuka pikiran, dan membukanya bukan hanya sekadar membaca, tetapi juga kemauan untuk mempertanyakan asumsi-asumsi atau prasangka yang selama ini diyakini kebenarannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H