Untuk meningkatkan kesadaran tentang meditasi dan manfaatnya, Majelis Umum PBB menetapkan tanggal 21 Desember sebagai Hari Meditasi Sedunia, mengingat hak setiap orang untuk menikmati standar kesehatan fisik dan mental setinggi mungkin.
Selain itu, Majelis Umum PBB mengakui hubungan antara yoga dan meditasi sebagai pendekatan yang saling melengkapi untuk kesehatan dan kesejahteraan.
Di tengah tantangan global, seperti konflik bersenjata, krisis iklim, dan kemajuan teknologi yang pesat, meditasi menawarkan cara yang ampuh untuk menumbuhkan kedamaian, persatuan, dan kasih sayang. Hari Meditasi Sedunia mengingatkan kita akan pentingnya memelihara kesadaran manusia untuk mengatasi masalah ini dan menciptakan harmoni dalam diri kita dan masyarakat kita. Dengan menumbuhkan kedamaian batin melalui meditasi, setiap individu berkontribusi untuk membangun dunia yang lebih tangguh dan berkelanjutan bagi generasi saat ini dan masa depan.
Sejatinya dengan bermeditasi seseorang dilatih berkonsentrasi (avadhana) agar bisa menetapkan perhatian ke suatu hal (ekagatha). Praktik meditasi juga membantu mengoordinasikan tubuh dan pikiran menjadi lebih efektif, sehingga bisa menjaga keseimbangan mental untuk mencapai ketenangan dan kedamaian batin.
Sebagai sebuah cara hidup, meditasi telah lama dipraktikkan dalam peradaban Cina, India, dan Afrika Kuno hingga kebudayaan Eropa yang relatif masih baru. Dalam buku Yoga Sutra Patanjali, disebutkan meditasi merupakan aliran pikiran yang tidak putus-putusnya terhadap obyek konsentrasi (tatra pratyiyakatanata dhyanam). Meditasi juga merupakan pengetahuan tradisional yang dapat membantu seseorang mengoordinasikan tubuh dan pikirannya menjadi lebih efektif, sehingga memungkinkan untuk menjaga keseimbangan mental dan mencapai ketenangan yang mendalam.
Berbagai upaya untuk mendefinisikan meditasi sesungguhnya akan lebih menyulitkan ketimbang membantu, karena kata-kata yang dipakai menjelaskan dapat menghalangi arti dan bukan menyingkapkannya. Guru besar Tao, Chuang-tzu pada abad ke-14 pernah mengatakan bahwa kata-kata ada untuk memberi arti, namun sekali saja kita memahami arti tersebut, kita dapat menyingkirkan kata-katanya. Jadi, arti dan manfaat meditasi akan lebih banyak diperoleh lewat praktik dan pengalaman sendiri daripada pengertian yang diberikan oleh orang lain.
Meditasi semakin diakui kontribusinya terhadap kesehatan mental — hak asasi manusia yang fundamental — dan keselarasannya dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan menekankan kesehatan dan kesejahteraan sebagai hal yang utama untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Sasaran 3, " Kesehatan dan Kesejahteraan yang Baik ," bertujuan untuk memastikan kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan bagi semua orang di segala usia, dengan mengatasi tantangan utama seperti kesehatan ibu dan anak, penyakit menular dan tidak menular, serta akses terhadap obat-obatan dan vaksin yang penting. Sasaran ini juga menyoroti pentingnya kesehatan mental, cakupan kesehatan universal, dan pengurangan kesenjangan kesehatan untuk membangun masyarakat yang tangguh dan inklusif.
Sebagai sebuah disiplin praktis, meditasi telah terbukti ikut membantu membebaskan orang dari ketidaktahuan, kemelekatan jasmani dan rohani, stress, serta beban hidup lainnya, sehingga tercapai ketenangan dan kebahagiaan. Bahkan, tidak sedikit rumah sakit dan klinik di negara-negara Barat menerapkan meditasi sebagai tindakan prepentif dan kuratif dalam mengelola berbagai gangguan fisik dan psikis pasien. Dalam beberapa kasus metode ini telah terbukti ampuh meringankan kondisi sakit si pasien.