Sumatera Utara (Sumut ) yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya, dan juga banyaknya pendatang yang ada, sangat membutuhkan sebuah pola hubungan sosial yang toleran. Bahkan di manapun kehidupan sosial di dunia ini sangat membutuhkan toleransi. Jika tidak, apa yang menjadi cita-cita dalam membangun, sama sekali tidak ada artinya. Karena pasti riskan akan perpecahan antar golongan.
Mengapa Harus Toleransi? Karena kita hidup di dunia ini tidak sendiri. Tidak ada satu manusiapun yang bisa hidup tanpa interaksi dengan manusia lainnya. Manusia membutuhkan lingkungannya agar bersama-sama dan lebih mudah untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan.Â
Kita sering mendengar bila ada seseorang yang hidup dengan cara sesuka hatinya di dalam kelompok sosial. Maka biasanya ada yang mengatakan: kalau tidak mau berbagi dalam hidup dan semaunya sendiri, lebih baik hidup saja di hutan. Ungkapan itu sepertinya lebih cocok/tepat. Tak ada manusia yang bisa hidup sendiri. Sudah menjadi hukum alam, bahwa manusia merupakan makhluk sosial. Maka pola hidupnya haruslah mempunyai fungsi sosial.
Nah karena manusia tidak bisa hidup sendirian, maka  kita harus bisa menjaga lingkungan lebih baik lagi, apakah lingkungan  yang dimaksud adalah manusia lainnya atau alam yang mendukung kehidupan  manusia. Tanpa itu maka kehidupan manusia akan punah, seperti kata  pepatah bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.
Untuk selalu menjaga persatuan itulah toleransi itu sangat dikedepankan, tidak bisa semena-mena terhadap orang lain, apalagi  antar sesama manusia juga pastinya memiliki perbedaan, entah itu cara  pandang (visi misi terhadap kehidupan), agama, Ras, budaya yang beraneka  ragam. Tidak mudah memang, namun dengan semangat toleransi/berbagi  yang tinggi, semua itu bukan masalah. Justru dengan perbedaan itu muncul  semangat untuk duduk bersama memecahkan persoalan serta mencari jalan  keluar yang lebih baik untuk semua dengan resiko buruk yang minim.
Dengan toleransi kelestarian keseimbangan lingkungan  mudah terwujud, membiarkan menjadi serasi, cocok, sesuai dengan tuntutan kebutuhan manusia. Saya yakin semua kita sadar dan paham tentang kata  "toleransi" itu, mudah dikatakan tapi sering sulit dilakukan, apakah karena rasa ego yang besar, seolah-oleh kita lebih baik dari manusia  lainnya? Atau lebih benar dari kelompok lainnya? Atau mungkin lupa kalau manusia  lainnya juga butuh dihargai pendapatnya/pandangannya. Bila setiap kelompok mempunyai ego yang tinggi, maka akan sulit  mendapatkan solusi.Â
Tidak hanya sampai di tingkat toleransi, mestinya kita sebagai manusia yang dikaruniai akal fikiran, juga menerapkan prinsip 'keadilan'. Tanpa prinsip ini, toleransi akan selalu melahirkan permasalahan-permasalahan yang riskan di antara golongan.Â
Membangun Sumut sama dengan membangun Indonesia. Dalam kondisi multi golongan, ras, suku dan agama. Semua kebijakan pemerintah tentu harus membawa visi toleransi, berkeadilan dan secara bersama dalam mewujudkan Sumut yang sejahtera. Mari kita tinggalkan pola fikir intoleran, saling membenci, dan berprasangka buruk. Karena sifat-sifat ini akan menjauhkan kita dari persahabatan, persatuan dan tentu akan menyulitkan kita dalam membangun.
Memang sangat mudah berkata-kata, saya pun tetap harus konsisten untuk menerapkan apa yang menjadi kata-kata saya. Â Mari kita manfaatkan energi kita semua secara efisien dan efektif. Â Pola fikir untuk mengutamakan toleransi harus terus ditanamkan, bila kita berhasil menanamkan toleransi dalam pikiran dan sikap kita, maka damai kan terwujud lebih mudah. Sehingga apapun yang menjadi cita-cita kita akan mudah terwujud secara kolektif. ***Â
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H