Mohon tunggu...
Susilawati
Susilawati Mohon Tunggu... Alumnus USU, Aktifis Lingkungan, dan Mengabdi sebagai Bakal Calon Gubernur Sumut -

Alumnus USU, Aktifis Lingkungan, dan Mengabdi sebagai Bakal Calon Gubernur Sumut

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Di Mana Karakter Bangsa Indonesia Saat ini?

24 September 2017   22:02 Diperbarui: 25 September 2017   13:46 10069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah 20 tahun sejak reformasi di Indonesia semakin ke sini, semakin kabur karakter masyarakatnya. Karakter Bangsa Indonesia yang terkenal dengan sopan-santun, suka menolong, gotong-royong, empati, toleransi, dan pekerja keras untuk menghasilkn rezeki halal, mengedepankn pendidikan seakan-akan makin lama makin terkikis habis. Tidak ada yang salah dengan reformasi. Hanya pemahaman dan polafikir masyarakat kita yang perlu dipertanyakan. Reformasi sebagai titik tolak sebuah demokrasi yang mengedepankan penguatan hukum, kebebasan demokrasi Pancasila yang bertanggung jawab, mestinya tidak disalahartikan menjadi kebebasan dengan sebebas-bebasnya. Euforia demokrasi harus tetap dengan berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Saat negara kita menggunakan sistem demokrasi Pancasila, mestinya akan memperkuat karakter masyarakat kita sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam Dasar Negara tersebut. Karena pada dasarnya masyarakat Indonesia telah mempunyai karakter yang demikian. Sehingga demokrasi berjalan dengan baik dan bisa mencapai tujuannya menjadi negara adil, makmur dan sejahtera. Namun yang kita rasakan saat ini justru karakter-karakter tersebut entah ke mana perginya. Seperti hilang begitu saja.

Euforia kebebasan demokrasi yang berlebihan disertai dengan perkembangan teknologi informasi yang sedemikian dahsyat sangat mempengaruhi karakter bangsa Indonesia sekarang ini dan di masa depan. Dekadensi moral inilah yang pada gilirannya berdampak pada gaduhnya negeri ini, karena banyak individu yang tidak mempunyai kontrol dalam perbedaan pendapat, dan acap kali memaksakan kehendak.

Dengan kemajuan teknologi informasi ini sangat mempengaruhi pola fikir 250 juta penduduk Bangsa Indonesia. Karena setiap individu pandai 'berkicau' di dunia maya, seakan-akan menjadi sebuah 'media', bahkan telah mengalahkan media mainstream. Namun sayangnya minim kontrol dari sisi moralnya. Sehingga banyak masyarakat yang mudah terpengaruh dengan kabar bohong (hoax) yang sering kali membuat heboh di masyarakat. Apakah ini tipikal masyarakat Indonesia? Saya kira tidaklah demikian jika pendidikan dilakukan secara baik.

Era kebebasan informasi dan perkembangan teknologi saat ini sangat mudah dimanfaatkan oleh kekuatan kapitalisme. Karena permainan informasi sangat mudah untuk dijadikan alat promosi produk yang menghalalkan segala cara. Di tambah dengan minimnya pendidikan masyarakat, sehingga masyarakat mudah untuk diombang-ambingkan isue yang menjerumuskan. Wal hasil, masyarakat mudah untuk diadu domba oleh kekuatan-kekuatan tersebut. Media informasi pun dapat dibeli dengan biaya tinggi untuk penyebaran berita bohong (hoax). Ditambah lagi para operator media memanfaatkan situasi yang carut-marut ini, jadi lengkaplah sudah, Bangsa Indonesia akan menanggung akibatnya. Oh, alangkah prihatinnya bila ternyata kita ini yang menjadi objek dari carut-marutnya dunia informasi ini. Semoga saya salah terka.

Apapun itu harus bisa dijadikan tantangan buat bangsa besar ini untuk menjadi pengguna TI (Teknologi Informasi) yang baik dan sehat. Sehingga dengan demikian, masyarakat menjadi cerdas, operator untung, serta negara terbantu untuk mencapai tujuan nasionalnya. Maka kuncinya adala pendidikan, terutama pendidikan karakter untuk bangsa.

Mari kita kembalikan karakter masyarakat Indonesia yang telah menjadi kekuatan bangsa ini sejak dahulu kala. Bangsa Indonesia telah terbiasa dengan cobaan dan ujian sejak perang kemerdekaan. Bangsa Indonesia telah tahan dalam mengalami penderitaan yang besar, hingga saat ini kita masih bisa bertahan dalam bingkai NKRI. Mari kita fokus pada bidang masing-masing dan berprestasilah. Tentu akan meningkatkan kualitas SDM Bangsa Indonesia untuk dapat bersaing di era globalisasi (Internasional). Karena kini saatnya kita membuka diri bergaul dengan masyarakat Internasional untuk menunjukkan kalau bangsa Indonesia sama dan tidak mau kalah dengan negara-negara lain yang beradab dan sangat mencintai negerinya. *** Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun