"Jadilah seperti Bunga, mekar seindah mungkin tanpa membandingkan dengan yang lain" (IndiraAbidin.com)
Kutipan kalimat indah yang tertulis dengan tulisan tangan yang rapi pada potongan kertas karton berwarna merah muda dan tertempel di bagian bawah senar Ukulele milik seorang anak perempuan berambut panjang namun lusuh, bertelanjang kaki, memakai dress yang dapat dikatakan sangat kumal hingga titik-titik hitam jamur pakaian pun tersamarkan oleh kumalnya. Anak perempuan yang senantiasa duduk di bawah pohon beringin tua di halaman depan sebuah bangunan yang senantiasa terkunci rapat dan di jaga oleh para petugas berseragam biru muda kombinasi biru tua.
Kalimat indah itulah yang pada akhirnya jadi begitu menarik perhatian seorang wanita setengah baya yang mengenakan kemeja warna coklat, celana jeans warna biru tua, sepatu slip on warna merah hati, serta rambut panjang yang diikat dengan topi baseball berwarna putih dengan huruf A di bagian depannya. Tak ketinggalan kamera berlensa besar tergantung di depan dadanya.
Wanita itu membungkuk, kemudian setengah berjongkok dengan lengan kanan di letakkan di atas paha bagian kanan.
"Hai cantik! Apa yang kamu tunggu di tempat ini? boleh Tante tahu?"
"Aku menunggu Ayah!"
"Hhmm Ayahmu di mana?"
Anak perempuan itu pun menunjuk ke arah bangunan.
"Oohhh maaf, Tante tidak tahu kalau Ayahmu berada di dalam sana! Siapa namamu?"
"Kay... Kayla!"
"Ok Kayla... nama tante Dinar dan kamu boleh panggil Tante Dina atau Tante saja... dan satu pertanyaan lagi, berapa umurmu sekarang?"