Di pinggir jalan raya, di bawah rindangnya daun-daun hijau sebatang pohon angsana, di barisan badukan trotoar berwarna hitam-putih, seorang remaja berkaos putih agak kekuningan dengan celana selutut yang sudah penuh dengan debu, terduduk dengan jari lengan kiri memegang batangan besi yang ujungnya dibengkokkan, lengan kanan mengipas-ngipaskan topinya ke bagian leher dan dada... berteduh melepas lelah sambil memandang barisan spanduk dan baliho besar yang kini menghiasi setiap sudut jalan yang dilaluinya setiap siang.
"Sudah cukup Do... nanti bawaanmu terlalu berat... cukup sudah ini semua kalau ditimbang bisa dapat sepuluh ribu... sudah ayo istirahat... duduk sini sama Kakak."
Ado menengok sambil lengan kirinya mengambil gelas bekas air mineral terakhir yang ada dalam bak sampah tak jauh dari tempat Kakaknya Adi duduk.
"Iya Kak... bentar... tinggal satu ini!"
Setelah gelas plastik bekas terakhir masuk ke karung kecilnya... Ado pun duduk di sebelah Kakaknya...
"Nanti ini pasti dapat sekitar sepuluh ribuan... kamu dua ribu cukup ya Do, Aku juga dua ribu, buat Ibu lima ribu, yang seribu buat tabungan kita berdua ya."
Ado pun mengangguk sambil menyelonjorkan kedua kakinya yang tampak kusam dan kelelahan.
"Tadi pagi belajar apa di kelas Do?"
"Penjumlahan dan pengurangan Kak!"
"Ya sudah jangan sampai malas belajar ya... nanti kalau aku sudah lulus SMK dan dapat kerjaan yang bagus, aku jadi bisa biayain kamu sekolah dan kalau masih diberikan rejeki yang baik kamu pun bisa kuliah Do!. Â Kamu harus bisa sampai jadi Sarjana Do!"
"Sarjana...??? Apa itu Sarjana Kak?"