Â
Di tulis oleh: Hsu (19)
Paku Tilana (Paku Cinta 2 Dunia)
Â
Rinai hujan senja ini tak seperti beberapa senja sebelumnya, langit semburat merah dengan tarian mega-mega kehitaman menggelayuti peraduan sang Mentari. Seolah mengerti apa yang ada dalam hati Tilana. Tiada lagi titian pelangi karena mungkin sudah berpindah ke dalam bola matanya.
Belum lagi satu dasawarsa Negeri nan makmur ini terbebas dari tirani. Ibarat sebuah ladang mungkin baru saja selesai dibuka dan belum lagi dicangkuli. Masih banyak rumput liar dan ilalang berlomba-lomba untuk mengejar matahari. Begitu banyak gejolak di sana-sini, pemberontakan, kekacauan, dan ketakutan. Banyak yang memutuskan hijah ke pulau seberang. Pulau penghasil beras dan menjadi ibukota negeri ini. Demikian dengan Ranti yang terpaksa mengikuti langkah orang tuanya yang berpindah.
Janji kembali untuk bersatu terucapkan dan telah menjadi butiran-butiran kerinduan dalam hati Tilana yang ditinggalkan.
"Tunggulah dan Kau pasti sanggup demi penyatuan kita!"
***
"Pok" tepukan di bahu menyadarkan Tilana dari lamunannya.
"Kerinduan kah yang membuatmu mematung setiap senja di puncak bukit ini?"