Mohon tunggu...
styvanovskyanisa
styvanovskyanisa Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hobi saya musik

Selanjutnya

Tutup

Home

"Pulang ke Timur : Di Setiap Kilometer,Ada Cerita yang Tak Lupa"

25 April 2025   02:38 Diperbarui: 25 April 2025   02:38 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat tiba di Stasiun Ngawi dan disambut oleh keluarga dan saudara ketika mudik,Jum'at (28/03/2025). (Foto : Dok.Pribadi)

Ngawi (28/03/2025) - Setelah menempuh perjalanan panjang dari Cilacap, akhirnya saya tiba di Stasiun Ngawi. Meskipun tidak sebesar stasiun kota besar lainnya, selalu menyimpan kesan yang dalam bagi saya. Di sinilah awal dari setiap cerita pulang kampung dimulai. Suasana stasiun sore itu cukup ramai, dipenuhi para pemudik yang juga ingin kembali ke pelukan keluarga. Namun, di tengah keramaian itu, momen kebersamaan kami terasa begitu hangat dan personal. Setelah menaruh barang di mobil, kami langsung melanjutkan perjalanan ke rumah nenek di sebuah desa kecil di pinggiran Kabupaten Ngawi. 

Semua anggota keluarga dengan hikmat merayakan lebaran dengan tradisi sungkeman, Senin (31/03/2025). (Foto : Dok.Pribadi)
Semua anggota keluarga dengan hikmat merayakan lebaran dengan tradisi sungkeman, Senin (31/03/2025). (Foto : Dok.Pribadi)

Hari yang dinanti akhirnya tiba. Setelah satu bulan penuh menjalani ibadah puasa, suasana Lebaran di rumah nenek di Ngawi selalu menjadi momen paling berkesan setiap tahunnya. Setelah salat Id berjamaah di lapangan desa, seluruh keluarga berkumpul untuk tradisi sungkeman. Kami bergiliran duduk bersimpuh di hadapan nenek dan kedua orang tua. Dengan mata berkaca-kaca, saya mencium tangan nenek dan memohon maaf atas segala khilaf. 

Momen sungkeman ini selalu menjadi bagian paling emosional. Tak jarang air mata menetes, bukan karena sedih, tetapi karena rasa syukur masih diberi kesempatan merayakan Lebaran bersama keluarga. Di era yang serba cepat ini, momen seperti ini semakin langka dan sangat berharga.

Momen kebersamaan lebaran bersama keluarga Jawa Timur yang sangat hangat, Senin (31/03/2025). (Foto : Dok.Pribadi)
Momen kebersamaan lebaran bersama keluarga Jawa Timur yang sangat hangat, Senin (31/03/2025). (Foto : Dok.Pribadi)

Usai sungkeman, kami semua berkumpul di ruang makan. Meja panjang telah penuh dengan hidangan khas Lebaran: ketupat, opor ayam, rendang, sambal goreng hati, hingga kue kering buatan tangan nenek. Makan bersama setelah sungkeman menjadi simbol kebersamaan yang utuh bahwa setelah segala permintaan maaf, kita kembali menyatu dalam kehangatan dan cinta. Suasana makan siang itu penuh canda tawa. Para orang dewasa saling berbagi cerita, dan nenek hanya duduk tersenyum menyaksikan cucu-cucunya yang kini tumbuh besar namun tetap pulang untuk berkumpul di hari istimewa ini.

Lebaran di rumah nenek selalu membawa rasa syukur yang dalam. Di tengah kesibukan hidup di kota, momen sederhana seperti ini justru mengingatkan saya bahwa kebahagiaan sejati bukan soal kemewahan, tapi tentang kehadiran, kebersamaan, dan cinta yang tulus.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun