Bismillah.
Meskipun saya bukan mahasiswa ilmu politik, namun lubuk hati saya yang memiliki sedikit ketertarikan pada politik mengundang keinginan saya untuk memberikan sebuah opini terkait pilpres tahun depan di platform besar ini.
Tidak salah kan, puh? Hihi.
Oleh karena latar belakang saya yang tidak bersinggungan langsung dengan perpolitikan, tentunya saya akan membatasi diri dalam memberikan opini.
Adapun pertanyaan yang diberikan pihak Kompasiana saat ini pada fitur terbarunya, "Pilih Dukungan", ialah soal faktor apa yang membuat kita memilih sebuah partai.
Dari tiga opsi yang diberikan, saya pribadi cenderung kepada pilihan (C), Rekam Jejaknya.
Tidak dapat dimungkiri, ketua umum (ketum) dan program kerja (proker) adalah hal yang penting. Namun bagi saya, rekam jejak menjadi sebuah faktor yang paling utama dalam sebuah kontestasi politik. Tentu saja rekam jejak ini berkaitan dengan sikap yang diemban partai, visi-misi partai, maupun kinerja dari para kadernya, selama ini.
Rekam jejak menjadi sangat penting, sebab jika rekam jejak suatu partai baik, maka otomatis kepercayaan para calon pemilih pada partai tersebut meningkat. Sebaliknya, jika rekam jejaknya buruk, tentu tingkat kepercayaan publik akan menurun.
Meski demikian, jika kita melihat realitas yang ada pada hari ini di negeri kita, tampaknya rekam jejak yang ada pada setiap partai tidak ada yang dapat dikatakan sangat baik atau sempurna. Hal ini bisa dilihat salah satunya dari keberadaan para oknum kader di banyak sekali partai yang melakukan korupsi.
Jika ditanya apakah setiap partai yang ada selama ini mereka senantiasa menentang korupsi? Saya pikir, iya, tentu saja. Akan tetapi, bukankah pada praktik di lapangan tidak jarang kasus korupsi itu ditemukan dari oknum di banyak partai? Tentu hal ini seakan-akan menunjukkan penentangan korupsi pada partai hanyalah formalitas belaka.