Piring dan gelas tercampak begitu saja nyaring melewati rumah-rumah Tetangga
"Aku menyesal menikahimu"
Pekik seorang wanita dari asal sumber suara tersebut.
"Terus kau mau apa ?
 Bentak lelaki dengan tampang yang besar, perut buncit ke depan.
"Cerai, sialan, bagusnya aku dulu menikahi anak Pak RT.Ini semua salahmu, bicaramu itu terlalu manis kau lihat akhirnya perut kau sudah buncit kau bahkan tidak mau bekerja hutang sana sini kerjaanmu hanya makan dan tidur, sial sekali nasibku".
Lelaki gendut itu dengan wajah merah padam menceraikan istrinya, mengucapkan kalimat akhir dari pernikahan tersebut
Suara bel pintu di sebuah Cafe yang jaraknya tak jauh dari rumah pasangan bertengkar memecahkan piring dan gelas, wanita itu, Laila menangis tersedu di pundak temannya yang bekerja Cafe itu, Ia terisak-isak menceritakan penderitaannya yang ingin segera diakhiri tapi sulit mengurus perceraiannya sebab tak punya cukup uang ditambah lagi hutang-hutang yang ditumpuk oleh suaminya.
Tiing...
Suara pintu berbunyi, Lelaki gendut itu juga datang sebab kawannya juga bekerja di cafe yang sama. Laila berdiri menetap kasar kepada suaminya sendiri, teman Laila menenangkan Laila, jangan sampai membuat keributan. Teman kedua pasangan bertengkar itu memberi solusi, kenapa tak mencoba memperbaiki saja pernikahan mereka selalu ada kesempatan kedua. Laila dan suaminya merenung mengintropeksi diri sendiri dan mendinginkan pikiran mereka berdua.
Keputusan mereka Bersyarat tertulis di atas kertas, perjanjian-perjanjian untuk satu sama lain dengan teman mereka sebagai saksinya.