Mohon tunggu...
Study Rizal L. Kontu
Study Rizal L. Kontu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bidang yang saya geluti terkait dengan filsafat, dakwah, dan civic educatiion.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Konstruksi Ilmu Komunikasi Islam: Sebuah Catatan Kritis

24 April 2024   19:43 Diperbarui: 24 April 2024   19:44 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

I

Abdul Basit dalam tulisannya, "Kontruksi Ilmu Komunikasi Islam". mengawali perdebatan akademik tentang kedudukan ilmu komunikasi Islam, sebuah topik yang telah menjadi fokus perhatian di kalangan akademisi, terutama di lingkungan Universitas Islam Negeri Jakarta. 

Diskusi ini mencerminkan dinamika intelektualitas yang melingkupi wacana ilmiah, di mana argumen tentang inklusi ilmu dakwah dalam kategori ilmu sosial atau ilmu agama masih menjadi sorotan utama. Namun demikian, Basit hanya menyentuh permukaan dari perdebatan ini, tanpa mengeksplorasi lebih dalam ke alam paradigma keilmuan sosial.

Dua figur sentral dalam perdebatan tersebut adalah Amrullah Ahmad dan Andi Faisal Bakti, keduanya dosen di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memiliki pengaruh yang luas dalam pengembangan pemikiran ini. Amrullah Ahmad melihat "komunikasi Islam" melalui lensa Ilmu Dakwah, sementara Andi Faisal Bakti memandangnya dari perspektif Ilmu Komunikasi. Perbedaan pendekatan ini mencerminkan perdebatan yang lebih luas dalam "Ilmu Komunikasi Islam", di mana pemikiran yang bersumber dari tradisi Islam yang klasik bertabrakan dengan pendekatan modern yang lebih berorientasi pada Ilmu Komunikasi.

Namun, keputusan Basit untuk tidak melangkah lebih jauh ke dalam paradigma ilmu sosial merupakan suatu kekurangan. Mengingat bahwa pemikiran Ahmad dan Bakti muncul dari konteks yang sama, yaitu upaya untuk memahami peran Islam dalam dunia modern, perlu adanya penelusuran lebih dalam terhadap paradigma yang mendasari pandangan mereka. Dalam konteks ini, pemahaman tentang paradigma ilmu sosial menjadi penting, karena paradigma tersebut memainkan peran kunci dalam pembentukan teori dan analisis.

Paradigma, seperti yang dikemukakan oleh Thomas Kuhn, adalah kerangka kerja konseptual yang memengaruhi cara kita memahami dunia. Masing-masing paradigma membawa perspektif uniknya sendiri, yang pada gilirannya mempengaruhi cara kita memahami dan menafsirkan realitas. Dalam konteks "Ilmu Komunikasi Islam", pemahaman tentang paradigma ilmu sosial dapat membantu dalam memperluas wawasan terhadap perdebatan yang berkembang.

Menariknya, dalam kajian ilmu pengetahuan sosial, terdapat empat paradigma utama yang berkembang seiring waktu: positivisme, postpositivisme, konstruktivisme, dan teori kritis. Namun, penelusuran lebih lanjut mengenai paradigma ini mengungkapkan bahwa paradigma kritis menarik perhatian khusus dalam konteks "Ilmu Komunikasi Islam". Paradigma ini menawarkan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana komunikasi dapat dilihat sebagai instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih luas dalam konteks keagamaan.

Oleh karena itu, dalam mengeksplorasi konstruksi "Ilmu Komunikasi Islam", sangatlah penting untuk tidak hanya melihat dari sudut pandang tradisional yang terbatas, tetapi juga untuk membuka diri terhadap pemahaman yang lebih dalam tentang paradigma ilmu sosial. Hanya dengan demikian, kita dapat memperkaya diskusi tentang peran Islam dalam konteks komunikasi modern, serta memahami bagaimana paradigma ilmu sosial dapat memperkaya pemikiran dalam bidang ini.

II

Diskusi tentang perkembangan "Ilmu Komunikasi Islam" membawa kita pada refleksi yang mendalam tentang esensi komunikasi dalam konteks keberadaan agama, khususnya Islam. Ketika membaca judul artikel ini, "Perkembangan Ilmu Komunikasi Islam", perasaan ingin tahu akan menggoyahkan pikiran kita untuk menggali lebih dalam. Bagi mereka yang tertarik pada disiplin ilmu ini, judul tersebut merupakan undangan yang sulit untuk diabaikan. Namun, apa yang terjadi ketika kita merenungkan isi artikel tersebut?

Penulis, Harjani Hefni, dengan jelas ingin menghubungkan konsep "komunikasi" dengan "ilmu komunikasi" dalam konteks Islam. Ia merenungkan makna komunikasi dalam al-Qur'an, mengaitkannya dengan kisah nabi Adam dan Hawa, serta berbagai aspek yang terkandung di dalamnya. Namun, sejauh mana konsep ini dapat diartikan sebagai ilmu yang terstruktur dan berbasis metodologi ilmiah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun