Mohon tunggu...
Santuso
Santuso Mohon Tunggu... Guru - pendidik generasi khoiru ummah

seorang pemuda yang sedang belajar menjadi penulis, linguis, jurnalis, aktivis, dan pendidik idealis.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tiga Tingkatan Berpikir dan Pengaruhnya Terhadap Keimanan

17 September 2020   22:33 Diperbarui: 25 Mei 2021   16:20 4753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tingkatan Berpikir dan Pengaruhnya Terhadap Keimanan (medium.com)

Manusia adalah makhluk yang Allah ciptakan dengan disertai akal. Karena akal itulah, manusia bisa berpikir. Seseorang bisa menghasilkan sebuah pemikiran yang benar jika empat komponen dalam berpikir itu tersedia lengkap. 

Empat komponen berpikir itu ialah a) akal; b) indera manusia; c) fakta yang dapat terindera; d) pengetahuan tentang fakta tersebut. Jika satu saja dari empat komponen itu tidak ada, kesimpulan berpikir yang dihasilkan pasti tidak tepat.

Jika dibahas lebih detail lagi, ternyata berpikir itu memiliki beberapa tingkatan. Seorang ulama besar yang bernama Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah menjabarkan bahwa berpikir memiliki tiga tingkatan. 

Baca juga : Keimanan dan Ketakwaan Pedoman Hidup

Tingkatan berpikir itu juga sangat memengaruhi kualitas keimanan. Apa saja tiga tingkatan berpikir itu dan bagaimana keterkaitannya dengan kualitas iman seseorang? Berikut ini penjelasannya.

1. Berpikir Dangkal (fikrus sathhiy)

Tingkat berpikir yang rendah ialah berpikir dangkal. Berpikir dangkal biasanya terjadi ketika seseorang kurang teliti saat mengamati suatu objek dan ia tidak memiliki banyak pengetahuan tentang objek tersebut. 

Karena kedua faktor itu, berpikir dangkal menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat karena bertentangan dengan fakta. Efek berpikir dangkal ialah bisa menghasilkan pemikiran salah dan bahkan bisa jadi akan terjerumus kepada hal-hal yang bersifat tahayul dan kurofat.

Sebagai contoh, ketika melihat fakta tentang "pelangi", orang berpikir dangkal kurang teliti mengamati fakta tersebut dan tidak banyak memiliki pengetahuan (sains) tentang fakta tersebut. 

Alhasil, saat melihat pelangi, ia akan menghubungkan dengan tahayul dan kurofat, seperti pelangi adalan seekor naga yang sedang minum di sungai, ada bidadari turun, dan lain-lain.

Baca juga : Takaran Keimanan Seorang Manusia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun