Setiap tanggal 3 Desember, dunia memperingati Hari Disabilitas Sedunia sebagai momen penting untuk meningkatkan kesadaran akan hak dan kesejahteraan penyandang disabilitas di seluruh dunia. Tahun ini, tema yang diusung adalah "Amplifying the Leadership of Persons with Disabilities for an Inclusive and Sustainable Future" atau "Memperkuat Kepemimpinan Penyandang Disabilitas untuk Masa Depan yang Inklusif dan Berkelanjutan" yang mengajak kita merenungkan bagaimana menciptakan dunia yang lebih ramah, inklusif, dan adil untuk semua.
Tahukah kamu? Penyandang disabilitas bukanlah kelompok kecil. Angkanya mencapai 1,3 miliar orang, atau sekitar 16% dari populasi global. Mereka menghadapi beragam tantangan, mulai dari diskriminasi sosial hingga akses terbatas ke pendidikan, pekerjaan, dan layanan kesehatan---khususnya di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah penyandang disabilitas mencapai 22,97 juta orang, atau sekitar 8,5% dari total populasi. Sebagian besar dari mereka adalah lansia, tetapi disabilitas juga dapat ditemukan di semua kelompok usia.
Namun, tantangan terbesar yang kerap dihadapi bukan hanya soal fasilitas, melainkan stigma. Diskriminasi sosial dan pandangan negatif terhadap penyandang disabilitas menciptakan efek domino yang memengaruhi kesehatan mental mereka.
Studi dari JAMA Psychiatry mengungkapkan bahwa diskriminasi berbasis kondisi kesehatan, termasuk disabilitas, meningkatkan risiko depresi hingga 26%Â dan kecemasan sebesar 20%. Hal ini diperburuk oleh stigma yang sering kali membuat penyandang disabilitas merasa terisolasi.
Di sisi lain, tekanan untuk "membuktikan kemampuan" dalam masyarakat yang kurang inklusif juga menjadi sumber stres. Kombinasi antara hambatan fisik dan emosional ini menunjukkan bahwa perjuangan penyandang disabilitas bukan hanya fisik, tetapi juga mental.
Mengapa Kita Harus Peduli?
Menciptakan dunia yang ramah bagi penyandang disabilitas bukan hanya soal menyediakan fasilitas seperti ramp atau lift. Ini tentang membangun kesadaran bahwa mereka adalah bagian penting dari masyarakat. Inklusi berarti memberikan ruang untuk suara mereka, mengakui kontribusi mereka, dan memastikan bahwa hak mereka setara dengan orang lain.
Beberapa langkah sederhana yang bisa kita lakukan:
Meningkatkan Empati:Â Pahami bahwa disabilitas adalah bagian dari keberagaman manusia, bukan sesuatu yang harus dikasihani.
Mengurangi Stigma: Hentikan penggunaan istilah yang merendahkan. Gunakan bahasa yang inklusif.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!