Mohon tunggu...
Hanung Teguh
Hanung Teguh Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya pegawe di kantor pajak nun jauh di Banda Aceh sana...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nasionalisme Abal-abal?

23 Februari 2011   18:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:20 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya sering merasa bahwa masyarakat kita ini adalah masyarakat yang aneh. Kenapa? Karena ada beberapa hal yang bersifat seremonial sementara di lain hal, ketika sesuatu yang seremonial ini diuji dengan sebuah hal yang kecil, akan nampak mana seremonial yang benar-benar tulus atau tidak.

Seremonial, saya sedikit menerangkan tentang apa yang saya anggap sebagai seremonial. Simpelnya adalah; "Pernahkah anda upacara bendera?". Well, saya pikir hampir semua orang menjawab "ya".

Upacara bendera adalah sebuah hal yang dahsyat sebenarnya. Dimana jika terlaksana dengan benar, maka proses komunikasi antara pemimpin dengan bawahan akan terjalin. Meski jujur saja, komunikasi yang ada hanyalah komunikasi satu arah. Namun, setidaknya sebagai warga masyarakat sekolah, akan memahami beberapa kebijakan melalui penyampaian komunikasi lewat upacara bendera.

Tapi apakah hasilnya seperti itu?

Nyatanya beberapa hal terjadi sebaliknya. Banyak yang membenci upacara bendera. Kenapa? Karena rata-rata menganggap itu tidaklah penting.

Sama lain halnya dengan beberapa acara yang diada-adakan. Misalnya tentang peringatan ini dan itu. Hari pahlawan, hari pendidikan dan berbagai hari-hari yang lainnya.

Saya seringkali menganggap hal-hal itu bukanlah esensi dari perwujudan kenangan atas beberapa hari yang penting itu. Hanya sekedar perayaan tanpa mengupas tuntas "isi" dari peringatan tersebut.

Apakah hal ini termasuk gila pesta?

Wallahu a'lam.. Mungkin ini adalah bentuk masyarakat harmonis khas bangsa timur. Masyarakat yang akrab dan lekat dengan budaya timur yang penuh dengan toleransi. Mungkin inilah bentuk "adat" yang nyata dalam masyarakat kita.

Tentu ada sisi negatif dan positifnya. Negatifnya saya menganggap hal ini hanya bersifat "resmi-resmian" saja, sementara efek positif yang nampak adalah bentuk kerukunan dan keakraban serta silaturahmi yang terjalin. Meski sekarang ada beberapa pandangan mengenai efek dari acara-acara yang bersifat seremonial ini. Jujur, sebagai seorang yang sering "grusa-grusu" khas anak kemarin sore, saya sering menganggap acara seremonial seperti ini sebagai bentuk acara yang rumit, njlimet dan tidak praktis. Namun, ketika hendak membangun relasi, komunikasi serta hubungan-hubungan yang lain, memang mau tidak mau harus memanfaatkan sesuatu yang bersifat seremonial. Tentu saya tidak menafikan tentang acara-acara seperti ini.

Okey, cukup tentang penjelasan seremonial ini. Tentu panjang lebar serta membosankan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun