Mohon tunggu...
Ardi Satrio Rahutomo
Ardi Satrio Rahutomo Mohon Tunggu... -

Mahasiswa yang baru saja mencium aroma kelulusan. Menyukai menulis sejak kelas 4 SD. berusaha menggambarkan visualisasi menjadi rangkaian kalimat yang bermanfaat untuk banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Indonesia?

19 September 2011   16:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:49 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai kapan akan tunduk dengan raksasa dunia

Wahai Indonesia?!

Sampai kapan akan mengemis kepada Negara yang mengaku paling hebat

Wahai Indonesia?!

Sia-sia kah perjuangan para pendiri bangsa ini

Dengan tunduknya kita kepada Negara yang bisa saja kita tenggelamkan.

Kita lemah di depan mereka!

Mereka memainkan jari-jemarinya mendikte kita dan kita mengikutinya?!

Banggakah pendiri Bangsa kita melihat hal memalukan seperti ini?

Tersenyumkah Bung Karno melihat menyerahnya kita kepada Negara besar itu?

Relakah ruh Jendral Besar Sudirman melihat lemahnya daya juang bangsa ini?

Garuda Pancasila ada, bukan untuk tunduk kepada burung elang.

Semua bambu runcing yang tertancap di tanah

Serta darah yang mengalir adalah yang mendirikan bangsa ini

Dengan semua itu, segala pengorbanan itu,

Kita sia-siakan begitu saja dengan menyerah kepada dunia barat?!

Jika masih ada beliau-beliau pendiri bangsa ini,

Mereka semua akan mengangkat senjata!

Berperang demi kehormatan bangsa yang sudah terinjak!

Lebih baik mati berkawan tanah,

Daripada hidup memalukan dan penuh penghinaan!

Wahai penguasa di atas sana,

Seberapa besar harga diri kalian dibeli dengan uang,

Oleh bangsa barat itu?

Sehingga kalian menyerah dan takluk oleh mereka?

Lalu jika penguasa sudah dapat dibeli dengan uang,

Apa bedanya penguasa dan pelacur???

---Matinya Bangsa Indonesia---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun