Pendahuluan
Sampah makanan merupakan salah satu masalah dan tantangan lingkungan terbesar dalam hidup kita dan harus diberantas dengan segala cara. Namun, sebagian orang melihatnya sebagai peluang bisnis yang siap untuk solusi inovatif. Jika kita benar-benar mendidik diri sendiri tentang sampah makanan, kita akan melihat bahwa mengambil langkah-langkah untuk menguranginya dapat menjadi cara yang sangat baik untuk menurunkan biaya, menghasilkan keuntungan, dan meringankan perubahan iklim.
Sampah makanan memengaruhi ketiga aspek keberlanjutan: lingkungan, ekonomi, dan sosial. Sampah makanan merupakan masalah sosial yang memengaruhi semua orang di seluruh dunia, dan berkontribusi terhadap masalah perubahan iklim yang lebih besar. Diperkirakan bahwa sampah makanan menyumbang sepertiga dari semua emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh manusia dan menghasilkan 8% gas rumah kaca setiap tahunnya.Â
Sampah sisa makanan masih mendominasi komposisi timbulan sampah di Indonesia . Bahkan sering langganan ranking tinggi dalam wasting most food secara internasional. Sampah sisa makanan tersebut sering diasosiasikan dengan istilah food waste dan food loss.Â
Pegertian :
Food Waste (Pemborosan Makanan)
Food waste mengacu pada pembuangan makanan yang masih layak untuk dikonsumsi oleh manusia. Ini terjadi terutama di tahap konsumsi akhir rantai pasok makanan, seperti di rumah tangga, restoran, atau supermarket. Contoh umum food waste termasuk sisa makanan yang dibuang karena melewati tanggal kadaluarsa. Selain itu juga karena persiapan makanan yang berlebihan, atau hanya karena makanan tidak disukai oleh konsumen. Food waste sering kali terjadi karena kurangnya kesadaran akan nilai makanan. Bahkan kebiasaan konsumen yang berlebihan, atau kurangnya perhatian terhadap manajemen sisa makanan.
Food Loss (kehilangan makanan)
food loss mengacu pada kehilangan makanan yang terjadi di berbagai tahap produksi, pengolahan, penyimpanan, dan distribusi makanan sebelum mencapai tahap konsumsi akhir oleh manusia. Ini sering kali terjadi karena kondisi lingkungan, infrastruktur yang buruk, atau praktik manajemen yang tidak efisien. Contoh food loss meliputi hasil panen yang rusak karena cuaca ekstrem, kerusakan selama transportasi, atau penyimpanan yang tidak tepat yang menyebabkan makanan menjadi tidak layak konsumsi sebelum sampai ke tangan konsumen.
Perbedaan utama antara food waste dan food loss, terletak pada tahap di mana makanan tersebut terbuang atau hilang dalam rantai pasok makanan. Food waste terjadi setelah makanan mencapai tahap siap konsumsi dan dibuang oleh individu atau bisnis. Sedangkan food loss terjadi sebelum makanan mencapai tahap siap konsumsi oleh manusia. Dalam hal implikasi, food waste lebih terkait dengan masalah perilaku dan kesadaran konsumen. Sementara food loss lebih terkait dengan masalah sistemik dalam rantai pasok makanan. Mengatasi food waste dan food loss memiliki urgensi yang sangat penting. Selain menyebabkan pemborosan sumber daya alam yang berharga, kedua masalah ini juga memiliki dampak serius pada ketahanan pangan, lingkungan dan ekonomi. Dengan mengurangi pemborosan makanan dan meningkatkan efisiensi dalam rantai pasok makanan. Kita dapat menciptakan sistem pangan yang lebih berkelanjutan, adil dan efisien.
Dampak Negatif dari Pemborosan Pangan terhadap Lingkungan :
1. Peningkatan emisi gas rumah kaca
Sampah makanan yang masuk ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dan mengalami pembusukan, akan menghasilkan gas metana yang menyebabkan efek rumah kaca. Gas Rumah Kaca (GRK) berkontribusi terhadap terjadinya perubahan iklim. Pengomposan sampah makanan dapat menurunkan jumlah emisi GRK yang dilepaskan ke atmosfer.
2. Pencemaran tanah dan air
Sampah makanan juga dapat menghasilkan limbah air lindi yang mencemari tanah dan air. Selain pemborosan air yang besar dalam produksi pangan, pemborosan pangan juga berkontribusi terhadap polusi air dan tanah. Pestisida, pupuk, dan bahan kimia lainnya yang digunakan dalam pertanian dapat mencemari badan air dan tanah ketika makanan yang terbuang tidak didaur ulang atau dikelola dengan benar. Bahan kimia ini dapat merusak kualitas air tanah, mengganggu kehidupan akuatik, dan mencemari sumber daya air yang penting bagi kehidupan manusia. (sumber: enviroment-indonesia.com)
3. Penurunan keanekaragaman hayati
Penggunaan lahan untuk produksi pangan dapat menyebabkan musnahnya flora dan fauna alami.
Pembukaan lahan untuk pertanian seringkali mengorbankan hutan, padang rumput, dan habitat alami lainnya, yang mengarah pada hilangnya keanekaragaman hayati. Ketika makanan yang diproduksi tidak dikonsumsi dan terbuang, semua kerusakan yang terjadi dalam proses produksinya termasuk deforestasi dan degradasi tanah menjadi sia-sia. Pemborosan pangan memperburuk tekanan pada ekosistem alami, mempercepat degradasi lingkungan
Solusi dari pemborosan pangan terhadap lingkungan:
1. Buat menu dari sisa makanan di dapur
Salah satu cara terbaik untuk mengurangi terjadinya pemborosan makanan di rumah adalah dengan membuat menu berdasarkan sisa makanan yang ada dan masih layak untuk dikonsumsi. Ada baiknya sebelum pergi berbelanja, mulai membiasakan diri untuk memeriksa isi kulkas atau lemari dapur. Hal ini untuk melihat atau mengidentifikasi apakah ada makanan yang mungkin mendekati masa kedaluwarsa agar segera diolah maksimal untuk menu makan hari itu. Dengan cara ini, selain mencegah pemborosan makanan, juga menghemat pengeluaran belanja.
2. Jadikan sisa makanan sebagai bahan utama
Perlu diingat jika sisa makanan ini adalah makanan yang masih layak untuk kita konsumsi, masih dalam kondisi baik, dan/atau tidak habis dimakan sebelumnya (semalam atau kemarin lusa). Dengan sedikit kreativitas, sisa makanan ini dapat diubah menjadi bahan utama untuk hidangan baru.
Menu yang paling familiar muncul dan mudah untuk dibuat adalah nasi goreng, biasanya makanan ini jadi solusi untuk menghabiskan sisa nasi di rumah. Atau sisa roti tawar bisa diubah jadi camilan roti gulung yang lezat. Sisa ayam pun bisa diubah jadi isian taco yang lezat untuk teman nonton. Temukan menu unik lainnya di Dapur Umami agar tidak kehabisan ide mengolah sisa bahan makanan di rumah.
3.Gunakan teknik pengawetan makanan
Teknik pengawetan makanan adalah salah satu cara lain yang bisa ditempuh untuk mengurangi pemborosan makanan. Ada beberapa metode pengawetan yang bisa dicoba seperti pengeringan, pembekuan, pemanasan, pengalengan, pengasapan, pengasinan, hingga fermentasi.
Metode pengawetan ini bisa dilakukan agar menghindari pembusukan, misalkan pengasapan pada ikan atau daging juga dapat dilakukan selain memberikan aroma khas, makanan pun dapat tahan lama. Pembekuan makanan juga bisa disebut sebagai salah satu langkah efektif dan umum untuk memperpanjang umur penyimpanan. Menggunakan teknik pengawetan ini berarti kita sedang berupaya memaksimalkan penggunaan makanan dan mengurangi pemborosan. Namun, perlu selalu ingat untuk memberi tanda atau mencantumkan catatan kapan penyimpanan makanan dengan metode pengawetan ini dimulai.
Kesimpulan
Pemborosan makanan adalah masalah serius yang berdampak pada lingkungan, ekonomi, dan sosial. Food loss terjadi di tahap produksi hingga distribusi, sementara food waste terjadi di tahap konsumsi. Keduanya berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca, pencemaran tanah dan air, serta hilangnya keanekaragaman hayati. Untuk mengatasinya, kita bisa mengurangi sampah makanan melalui kebiasaan seperti merancang menu dari sisa bahan makanan, menggunakan teknik pengawetan, dan mengubah sisa makanan menjadi hidangan baru. Mengurangi pemborosan makanan bukan hanya membantu lingkungan, tetapi juga menghemat biaya dan mendukung ketahanan pangan. Mulailah dari diri sendiri untuk menciptakan sistem pangan berkelanjutan.
sumber yang kami gunakan:Â
- https://earth.org/solutions-for-food-waste/Â
- https://3.0.61.79/food-waste-dan-food-loss-di-mana-letak-perbedaannya/Â
- https://dlh.probolinggokab.go.id/sampah-makanan-dan-dampaknya-bagi-lingkungan/Â
- https://environment-indonesia.com/penyebab-food-waste-dan-dampaknya/Â
- https://www.dapurumami.com/artikel-tips/5-ide-kreatif-atasi-pemborosan-makananÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H