Mohon tunggu...
Redegundi Neno
Redegundi Neno Mohon Tunggu... Akuntan - Belum ada

Hobby: Semua hal yang menyenangkan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Seperti

28 Mei 2024   22:18 Diperbarui: 28 Mei 2024   23:55 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

SEPERTI?

Ibu!
Kenapa rembulan mengintip sambil menangisi Ibu?
Bolehkah aku tahu?
Ibu!
Maaf!
Aku cenderung menghamili-mu dengan pertanyaan.
Aku tahu kalau ibu tidak pernah mengaborsi jawaban dalam kata-kata.
Bahwa ibu selalu amanatkan cinta paling manja pada selembar tangis penuh sakit.
Ibu?


Mencintai itu seperti?
Anak...! Seperti panah berulang-ulang merobek paksa,luka!
Anak...! Mencintai itu selusin berahi jiwa  bukan selusin birahi rindu yang tampan berparas punah.


Ibu, apakah aku terlalu kuyup dengan limbah kemalasan?
Jika demikian maka izinkan aku meramu embun yang meretas seusai malam pulang.


Biarkan aku menulis lupa pada lembaran kusam sambil menghafal jatuh lalu merangkak membawa pulang cinta-ku.

By: Nona Gundi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun