Mohon tunggu...
Adinda Ramadhani
Adinda Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Jember

Author 📚 || Selflove || Hobby 🌻

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kedatangan Pasukan Sekutu: Awal Perjuangan Diplomatik dan Militer Indonesia 1945-1947

12 Juni 2024   12:11 Diperbarui: 12 Juni 2024   13:46 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Perlawanan melawan sekutu)

Indonesia mengalami perjalanan panjang dan penuh perjuangan untuk mencapai kemerdekaan. Selama lebih dari tiga abad, Indonesia berada di bawah penjajahan Belanda, sebelum akhirnya pendudukan Jepang mengambil alih selama Perang Dunia II pada tahun 1942. Saat Jepang menyerah pada Sekutu di akhir Perang Dunia II setelah bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, Indonesia melihat peluang untuk meraih kemerdekaan. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 menjadi tonggak penting, namun perjalanan menuju pengakuan dan stabilitas kemerdekaan penuh dengan tantangan baru, terutama dengan kedatangan pasukan Sekutu (Inggris dan Belanda) yang berusaha mengambil alih kembali wilayah Indonesia.

Reaksi Rakyat Indonesia Terhadap Kedatangan Pasukan Sekutu

Kedatangan pasukan Sekutu pada 8 September 1945 di Indonesia, yang tergabung dalam Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) di bawah komando South East Asia Command (SEAC), dipimpin oleh Letnan Jenderal Sir Philip Christison, menjadi salah satu pemicu utama ketegangan. Pasukan Sekutu memiliki misi untuk melucuti tentara Jepang, membebaskan tawanan perang, dan memulihkan ketertiban. Namun, kedatangan mereka disalahartikan sebagai upaya untuk mengembalikan pemerintahan kolonial Belanda. Reaksi rakyat Indonesia, khususnya di Surabaya, sangat keras, menolak setiap upaya untuk kembali dijajah setelah meraih kemerdekaan. Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya menjadi simbol perlawanan heroik rakyat Indonesia melawan pasukan Sekutu dan Belanda.

Upaya Diplomasi Indonesia Menghadapi Sekutu dan Belanda

Setelah proklamasi kemerdekaan, Indonesia menghadapi tantangan besar dari Belanda yang berusaha mengembalikan kekuasaannya dengan dukungan pasukan Sekutu. Upaya diplomasi menjadi salah satu strategi utama para pemimpin Indonesia. Sejumlah langkah diplomatik penting dilakukan, antara lain:

  1. Perjanjian Linggarjati (1946): Ini adalah salah satu perjanjian penting di mana Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia yang meliputi Jawa, Sumatra, dan Madura. Namun, perjanjian ini juga menunjukkan adanya ketidakpuasan dari kedua belah pihak yang memicu konflik lebih lanjut.
  2. Perjanjian Renville (1947): Perjanjian ini ditandatangani di atas kapal USS Renville yang berlabuh di Teluk Jakarta. Meskipun perjanjian ini memperjelas garis demarkasi antara wilayah yang dikuasai oleh Indonesia dan Belanda, perjanjian ini juga menimbulkan ketidakpuasan dan protes dari berbagai kalangan di Indonesia karena dianggap merugikan posisi Indonesia.

Para pemimpin diplomasi Indonesia seperti Sutan Sjahrir, Hatta, dan Soekarno terus berupaya mendapatkan dukungan internasional untuk kemerdekaan Indonesia. Diplomat Indonesia mengadakan misi ke berbagai negara dan forum internasional untuk memperjuangkan pengakuan atas kemerdekaan Indonesia.

Dampak Kedatangan Pasukan Sekutu Terhadap Politik dan Militer Indonesia

Kedatangan pasukan Sekutu memiliki dampak besar terhadap dinamika politik dan militer Indonesia. Beberapa dampak signifikan antara lain:

  1. Pembentukan Pemerintahan dan Struktur Militer: Setelah kedatangan Sekutu, pemerintahan Indonesia yang baru merdeka berusaha keras untuk membentuk struktur pemerintahan yang kuat dan stabil. Pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR), yang kemudian menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI), menunjukkan kesiapan Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaannya melalui kekuatan militer.

  2. Pertempuran dan Konflik Bersenjata: Pertempuran Surabaya pada November 1945 adalah salah satu contoh perlawanan sengit rakyat Indonesia terhadap pasukan Sekutu dan Belanda. Pertempuran ini melibatkan ribuan pejuang Indonesia dan menewaskan banyak orang, tetapi juga menunjukkan semangat juang dan tekad rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaannya.

  3. Mobilisasi dan Dukungan Rakyat: Kedatangan pasukan Sekutu memobilisasi rakyat Indonesia untuk mendukung perjuangan kemerdekaan. Terjadi berbagai aksi massa, protes, dan demonstrasi yang menunjukkan solidaritas dan dukungan terhadap pemerintah Republik Indonesia yang baru merdeka.

Kedatangan pasukan Sekutu di Indonesia pada periode 1945-1947 merupakan babak penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Reaksi rakyat yang kuat, upaya diplomasi yang gigih, serta pembentukan kekuatan militer yang tangguh menunjukkan bahwa kemerdekaan Indonesia bukanlah sesuatu yang diberikan, melainkan diperjuangkan dengan penuh pengorbanan. Periode ini juga menegaskan pentingnya integrasi semua elemen masyarakat dalam mempertahankan kedaulatan negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun