“Saria, tolong aku. Jam itu, buang! Lempar kembali ke daerah terlarang. Lepaskan dari tanganku tanpa sepengetahuanku. Tolong Saria, aku sudah tak tahan lagi..” setelah membaca surat itu,Saria bergegas mencari adiknya kemana-mana, tapi ia tidak dapat menemukannya.
Jam 3 sore, seperti biasa Kein pulang. Saria bergegas mendatangi Kein dan bertanya apa maksud surat itu. Dengan wajah ketakutan, Kein menjawab “ti-ti dak, tidak ada apa apa” sambil bergegas masuk ke kamarnya. Saria teringat isi pesan itu “Lepaskan dari tanganku tanpa sepengetahuanku”. Saria pun kembali ke kamar Kein, Kein sudah tertidur dengan wajah yang sangat lelah. Saria melihat pergelangan tangan Kein, ia mencari jam tangan tembaga. Ternyata ia mengenakan di tangan kanan, dengan susah payah Saria berusaha melepaskan, tapi jam itu seperti terikat dengan kuat. Hari-hari berikutnya Saria berusaha melepaskan jam tangan ketika Kein tertidur, tetapi masih tidak berhasil. Saria pun pergi ke gudang perlengkapan milik kakek, ia mencari perkakas yang biasa dipakai kakek untuk menggunting kawat baja di peternakannya. Begitu ia temukan, setengah berlari Saria menuju kamar Kein. Ia gunting jam tangan itu dengan susah payah, akhirnya jam itu pun putus. Dibawanya jam itu ke daerah terlarang, ia lemparkan ke daerah terlarang itu, dan bergegas kembali ke rumah.
“Kein,keinnn, bangun Kein!!!” tanpa berhenti sedetik pun ia terus berusaha membangunkan.“Saria, ada apa..”Kein yang masih setengah sadar bertanya karena dibangunkan secara paksa. “sudah, jam itu sudah kembali” sahut Saria. Kein yang masih bingung, segera menarik tangannya dari bawah selimut dan mendapati tangannya sudah bersih dari ikatan jam. Kein pun tersenyum dan memeluk Saria “terimakasih Saria!! Menyeramkan sekali tempat itu” lalu Kein pun bercerita bagaiman jam itu membuatnya tidak sadar di jam 12 malam, dengan dibawah pengaruh jam tangan berjalan menuju daerah terlarang itu, disana ia dipaksa melakukan pekerjaan budak, jika ia berhenti ia akan di sakiti. Jam itu tidak bisa lepas dari tangannya, jam itu yang membawa dia pergi dan mengembalikannya ke rumah di sore hari. Jam itu pula yang mengunci mulutnya untuk berkata tentang jam dan daerah terlarang, sampai suatu hari Kein terpikir untuk membuat surat permintaan tolong, berharap Saria akan menemukannya.
Saria tidak dapat berkata apa-apa karena semua cerita Kein sangat mengejutkan. Saria hanya bersyukur karena akhirnya Kein telah kembali seperti semula, dan Kein pun berjanji tidak akan lagi memasuki tempat-tempat asing tanpa seizin pemiliknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H