Mohon tunggu...
Bento
Bento Mohon Tunggu... Administrasi - cara cepat untuk bisa menulis ya menulis

penikmat bacaan

Selanjutnya

Tutup

Seni

Membangun Kreativitas di Tengah Perkembangan AI

11 Januari 2025   21:32 Diperbarui: 11 Januari 2025   21:32 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lama saya tidak menulis di Kompasiana. Hari ini, saya mencoba untuk kembali menggerakkan jari dan merangkai kata. Perjalanan menulis di Kompasiana selama setahun terakhir adalah pengalaman yang luar biasa. Dari 69 artikel yang saya terbitkan, ada lebih dari 12.226 pembaca, 16 artikel pilihan, dan satu di antaranya berhasil menjadi artikel utama.

 Dari perjalanan ini, satu hal yang benar-benar saya pelajari adalah pentingnya konsistensi dalam berkarya. Semoga di tahun 2025 mampu menjaga konsistensi dalam menulis.

Bagaimana kita dapat terus konsisten dan kreatif? Untuk menjaga konsistensi, kreativitas adalah bahan bakar utama. Tetapi untuk mencapai kreativitas, dibutuhkan proses belajar yang tak pernah berhenti, serta intuisi yang terus diasah.

Jika kita berbicara tentang kreativitas, saya teringat pada dua ikon dunia sepak bola, Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Banyak yang mengatakan bahwa Ronaldo mencapai kemampuannya melalui latihan keras dan tanpa henti, sementara Messi dikaruniai bakat alami yang hanya perlu sedikit polesan untuk menjadi yang terbaik. 

Dua pendekatan ini mengajarkan kita bahwa kreativitas bisa diraih melalui latihan terstruktur atau eksplorasi spontan.

Di era teknologi yang terus berkembang pesat---termasuk kehadiran Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan---apakah kreativitas masih hanya soal latihan dan bakat?

Teknologi AI menawarkan peluang besar bagi siapa pun untuk menjadi lebih kreatif, bahkan bagi mereka yang merasa tidak memiliki bakat atau pengalaman. AI kini dapat membantu kita menulis, menggambar, membuat video, hingga merancang ide-ide segar untuk karya kreatif.

Sebagai contoh, AI seperti ChatGPT bisa menjadi asisten bagi para penulis merancang ide cerita, memperbaiki tata bahasa, atau bahkan membuat kerangka tulisan. Begitu juga dengan konten kreator yang bisa memanfaatkan alat seperti Canva, Adobe Firefly, atau AI berbasis video editing untuk menghasilkan karya yang menarik dengan waktu lebih efisien.

Meskipun teknologi kecerdasan buatan (AI) dapat menjadi alat yang luar biasa, kreativitas sejati tetap berasal dari dalam diri kita sendiri. Teknologi hanyalah pendukung; intuisi, pengalaman, dan nilai-nilai pribadi adalah inti dari setiap karya kreatif.

Anne Rice, penulis terkenal asal Amerika Serikat, pernah berkata, "If you want to be a writer, write. Write and write and write..." yang dapat diterjemahkan sebagai, "Jika kamu ingin menjadi seorang penulis, menulislah. Tulis dan tulis dan teruslah menulis..."

Kalimat sederhana ini mengingatkan kita bahwa kreativitas dimulai dari diri kita sendiri. Sama seperti menulis, kita harus memulai dari ide-ide kecil, menuangkannya di atas kertas (atau layar), dan terus mengasahnya hingga menjadi sesuatu yang bermakna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun