Sang Pembawa Obor dari Bukit Menoreh
Sengaja saya memuat judul diatas di karenakan ketertarikan saya pada salah satu acara televisi di Metrotv yaitu Melawan Lupa. Judul diatas sekaligus merupakan judul di acara tersebut, yaitu Sang Pembawa Obor dari Bukit Menoreh. Siapakah sang pembawa obor tersebut? Dialah Romo/Pastor Prenhthalers S.J. Seorang Pastor berkebangsaan Austria yang sejak tahun 1945 sudah menyambangi Boro, salah satu wilayah di perbukitan Menoreh. Sekarang masuk kabupaten Kulon progo DIY. Karena program tv tersebut, maka saya tidak ingin lupa akan sejarah dan perjuangan Misionaris ini.
Sejak acara documentary saya tonton, saya kemudian melakukan “blusukan” ke daerah Boro Kulon Progo hanya untuk merasakan aura misinya. Dan betul, di daerah yang menjadi kantong umat Katolik di Kulonprogo ini saya menemukan makam Beliau yang terletak dibelakang panti asuhan. Disitu saya duduk menghadap makam beliau, mencoba kembali mengingat-ingat jejak-jejak misi yang pernah ditorehkannya. Ketokohan beliau sebagai misionaris asing cukup membekas bagi masyarakat Boro yang pernah dilayaninya. Umat Katolik pun cukup menghormati beliau sebagai “bapak” yang pernah mengisi masa-masa awal bertumbuhnya iman. Terbukti, makam ini sering digunakan untuk doa bersama umat. Dikenal masyarakat setempat sebagai doa (sembayangan)“jumat kliwon”. Kebetulan, saat saya datang di rumah joglo yang menaungi makam beliau sedang dipersiapkan untuk doa bagi lingkungan umat Katolik setempat.
Sejarah Torehan Iman
Misionaris kelahiran Tirol, Austria, 18 April 1885 itu bergabung dengan Ordo Serikat Yesus Provinsi Perancis di Lyon pada 20 September 1904. Awalnya, Prennthaler diprospek untuk bermisi ke Siria.
Suatu hari ia membaca artikel tentang misi di Jawa. Sejak itu, panggilan menjadi misionaris di Jawa memikat hatinya. Tekadnya bermisi di Jawa mendorongnya untuk meminta izin Jenderal Jesuit kala itu, RP Wlodomir Ledochowsky SJ. Gayung bersambut. Prennthaler diizinkan bergabung dengan Provinsi Belanda yang menangani misi Jawa.
Pada 25 September 1920, ia berangkat ke Jawa usai singgah sebentar di Novisiat SJ Mariendaal, Belanda. Prennthaler memulai karyanya di Mendut, daerah sekitar Kalibawang, dan Samigaluh. Awalnya, ia merasa asing dengan budaya, orang-orang, makanan, serta alam di ladang misi baru.
Dalam proses adaptasi, ia mulai memetakan medan karyanya. Jelajah kerasulannya sekitar 11,5 kilometer dari Timur ke Barat, dan 10 kilometer dari Utara ke Selatan. Rute jalan sekitar 22,5 kilometer dari Mendut, hingga 32 kilometer hingga Kalibawang. Ia butuh 4,5 jam berjalan kaki melewati pasar-pasar besar di Muntilan dan Tempel.
http://www.hidupkatolik.com/2013/11/29/mutiara-iman-rasul-perbukitan-menoreh#sthash.MelmCh62.dpuf
Bagaimana caranya menuju ke Boro?
Untuk menuju Boro ada dua alternatif jalan. Pertama lewat Jogja-muntilan belok kiri setelah memasuki kota dna kemudian menuju Sendang sono kemudian menyusuri jalan tersebut sampai menemukan papan nama rumah Sakit St Yusuf Boro belok kekanan. Kedua, Jogja-jalan Godean lurus sampai perempatan Kenteng belok ke kanan lurus sampai menemukan papan nama rumah sakit kemudian belok kekiri. Alteratif kedua ini sepertinya lebih dekat disbanding alternatif pertama. Setelah itu lurus saja sampai menemukan gereja Katolik St Teresia Lisieux. Sebelah gereja tersebut ada jalan naik ke kanan. Nah lewat jalan itulah kita akan menemukan makam beliau yang jadi satu dengan makam umat Katolik setempat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H