Mohon tunggu...
Adolf Nugroho
Adolf Nugroho Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Dilahirkan di Kota Gudeg Jogjakarta. Seorang pendidik, trainer, penulis di majalah SDM dan psikologi. 2,6 tahun mengabdikan diri di bidang pendidikan di Papua

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bye-bye 2017, Welcome 2018

31 Desember 2017   16:56 Diperbarui: 31 Desember 2017   17:44 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

31 desember 2017, di penghujung tahun ini kita selalu di pertontonkan dengan hiruk pikuknya kemeriahan menjelang malam tahun baru.Wajah sumringah setiap orang  terlihat gembira tatkala mulai memasuki tahun yang baru. Dan hampir setiap tahun pun ekspresi kemeriahan tersebut selalu sama. Ini menandakan bahwa mungkin masyarakat optimis melihat tahun yang baru dengan sudah melupakan apa yang terjadi di tahun yang akan ditinggalkan. Melewati malam untuk melihat matahari 2018 memang sudah menjadi agenda di hampir semua Negara.

Memang ada begitu banyak peristiwa yang terjadi di tahun 2017. Dan yang pasti akan banyak tumpuan harapan untuk tahun yang baru. Masyarakat pun harap harap cemas, dengan kondisi serta prediksi prediksi yang akan terjadi di tahun yang baru. Entah karena kondisi ekonomi, peta perpolitikan maupun sosial dsbnya. Dan pastinya selalu ada yang harus berubah di tahun yang baru. Atau bahasa kerennya adalah "resolusi" 2018. Sudah siapkah dengan resolusi 2018?

Setiap orang sah sah saja untuk membuat resolusi di tahun yang baru, dan tentu sah juga bahwa ada orang yang menanggapi biasa saja tanpa resolusi di tahun yang baru. Bahwa sebagian orang memunyai harapan adanya perbaikan di sana sini tahun 2018 bukan tak mungkin harapan tsb memang nyata terealisasi. Sudah menjadi kecenderungan sikap masyarakat menanggapi tahun yang baru selalu berupaya menjadi lebih baik di tahun sebelumnya. Kecenderungan ini menunjukkan masyarakat kita dalam kondisi apapun masih bisa bersikap positif. Berupaya melihat dari sisi yang lebih baik.

Namun saya coba menelisik mengapa masyarakat sepertinya cenderung eskpresif dalam merayakan malam tahun baru?

Pertama, memasuki pergantian tahun baru merupakan moment kegembiraan karena di sana ada acara, entah pentas music, pertunjukan kembang api, dan seabrek acara. Artinya ada kepentingan atau nilai ekonomis yang tinggi dimana ada pihak yang diuntungkan dengan kegiatan tsb. Kegiatan yang cenderung meriah seperti menyihir masyarakat untuk meredam gejolak dari tekanan hidup yang entah datang dari mana. Setidaknya untuk sesaat masyarakat larut dalam kemeriahan pergantian tahun. Setelahnya mungkin situasi akan tetap sama, yaitu dihadapkan pada realitas kehidupan yang kurang lebih sama.

Kedua, pergantian tahun merupakan sarana meluapkan gejolak sosial dengan berinteraksi di tempat tempat umum, hotel ataupun wisata yang dihari hari biasa dirasa kurang "pas", tentu jauh berbeda kalau pada moment pergantian tahun. Maka dengan meluapkan ekspresi di tempat tempat yang disukai ada "feel" yang berbeda. Ada semacam keharusan bahwa malam pergantian tahun dilakukan dengan gegap gempita. Dan tak lengkap tanpa kembang api.

Ketiga, malam pergantian tahun terasa kurang lengkap tanpa social media (selfi, upload, status dsbny). Masyarakat masih butuh pengakuan lewat social media. Like atau share sangat di tunggu apalagi menjelang malam pergantian tahun. Komen akan banyak berseliweran menjelang malam pergantian tahun.

Tapi apapun yang terjadi nanti malam, inilah potret masyarakat kita. Sesekali memang masyarakat kita butuh penghiburan sejenak.  Tentu dalam koridor dan batas batas yang tak berlebihan. Kita juga harus mengakui bahwa ada masyarakat kita yang menyikapi malam pergantian tahun dengan aktifitas yang cenderung reflektif. Sekedar ngobrol, ngumpul sambil makan atau pun di rumah kumpul bersama sanak saudara. Sekali lagi inilah potret masyarakat urban yang hidup di kota kota besar yang terkadang sudah penat dengan kesehariannya.

Sebelum saya akhiri, ada sebuah pertanyaan begini,  bagaimana dengan masyarakat kita nun jauh di pelosok pedalaman? Jauh dari hiruk pikuknya kemeriahan malam tahun baru? Hemm tentu anda bisa menerka sendiri....

karena saya pernah hidup di sana..

SELAMAT MEMASUKI TAHUN 2018!

Baccasie (bekasi), 31 desember 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun