Spiritual Trip, Menimba semangat dari makam Van Lith
Ini kali kedua saya datang ke sini. Kali pertama datang, saya tidak terlalu ingat. Mungkin semasa kuliah. Mengapa saya datang kali kedua ke tempat ini setelah sekian lama? Entahlah, saya sendiri hanya mengikuti keinginan hati, tepatnya hanya kepengin saja. Tidak ada ujub khusus yang saya bawa ketika mendatangi makam ini. Ya tempat ini memang sebuah kompleks pemakaman yang diperuntukkan untuk para Pastor Jesuit. Walaupun begitu juga dimakamkan para Suster dan awam dari berbagai ordo. Ya tentunya dengan alasan khusus. Menurutku kompleks ini memang tidak luas, dari dulu sejak kali pertama datang sampai sekarang tidak berubah. Masih sama. Namun yang membuat tempat ini dikenal dikarenakan dimakamkannya para tokoh gereja yang telah berjuang bagi gereja. Salah satunya F. Van Lith, S.J. dan Romo Sanjoyo Pr. Maka kebanyakan orang megenalnya sebagai makam Romo Sanjoyo.
Saat saya memasuki kembali kali kedua ini, secara fisik tidak lah berubah, tetapi sebagai tempat yang begitu religius tempat ini semakin menampakkan sisi spiritualnya. Begitu banyak orang datang dengan ujub doa ataupun sekedar merasakan nuansa spiritualnya. Sisi tersebut nampak karena yang dimakamkan disini adalah orang-orang yang semasa hidupnya menjalani kesalehan. Saya pun juga merasakan hal yang sama. Sebagai penganut Katolik datang ke makam ini merupakan sebuah penghargaan dan penghormatan terhadap para pejuang gereja saat itu. Tak ada salahnya kita pun bisa merenungkan kembali sejauh mana peran dan kontribusi kita terhadap gereja.
Ketika saya duduk menghadap papan papan nisan bertuliskan nama nama para Imam ini, saya berbicara dalam hati, “orang-orang yang dimakamkan disini bukanlah orang biasa biasa saja”. “Hidupnya saleh dan hanya untuk kepentingan gereja dan umat”. Hidupnya penuh dengan dedikasi, mengabdi dan memuliakan namaNya. Mereka yang juga para misionaris asing yang jauh dari negaranya, pada akhirnya menuntaskan hidupnya di tanah seberang. Pantas tempat ini cocok untuk menimba semangat. Apa yang sebenarnya mereka cari? Kadang pertanyaan ini muncul dalam diriku. Saya yang masih berziarah di dunia ini, kadang merasakan betapa beratnya menjalani laku kehidupan. Semangat kadang perlu dipupuk dengan sedemikian rupa, supaya hidup menjadi semakin dirasakan sebagai rahmat bukan beban.
Melalui para Imam ini saya mencoba merefleksikan, tak seberapa kehidupan ini sebanding dengan kehidupan saat para Imam ini hidup. Walaupun jasad mereka sudah tidak lagi utuh, tetapi nilai nilai teladan dan semangat pun masih relevan untuk dirasakan di jaman ini. Mereka sudah tidak lagi berziarah di dunia, mereka sudah merasakan damai, jauh dari hiruk pikuk keramaian dunia. Sekarang yang menjadi tugas kita adalah menanjutkan perjuangannya melalui cara kita masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H