Pemandangan perkotaan yang terus berkembang sering kali menghadirkan dilema yang kompleks antara pembangunan infrastruktur dan kepentingan masyarakat lokal. Salah satu kontroversi terbaru yang memunculkan perdebatan adalah rencana Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk menutup Jalan Raya Serpong-Parung guna melakukan perbaikan dan pengembangan area tersebut. Awalnya dianggap sebagai langkah progresif untuk meningkatkan infrastruktur, rencana ini segera menimbulkan kekhawatiran dari warga sekitar.
Jalan Raya Serpong-Parung, sebagaimana jalur-jalur penting lainnya, bukan hanya merupakan urat nadi mobilitas bagi warga sekitar, tetapi juga menjadi penghubung vital antara berbagai pusat aktivitas. Namun, harapan untuk peningkatan kualitas infrastruktur bertentangan dengan kekhawatiran akan dampak yang mungkin ditimbulkannya, mengingat potensi gangguan terhadap aksesibilitas dan kegiatan ekonomi
Wali Kota Tangerang Selatan, Benyamine Davnie, mengatakan sebelum aksi protes yang dilayangkan warga, pemerintah daerah telah meminta BRIN untuk melakukan pertemuan dengan warga terkait proyek tersebut. "Kami sebelumnya sudah meminta adanya pertemuan dan memang sebaiknya ditempuh musyawarah saja antara BRIN dan masyarakat. Mereka (BRIN) bisa mensosialisasikan pada warga bagaimana untung, plus minusnya dari proyek itu," katanya, Sabtu, (21/4).
Saat rencana BRIN untuk penutupan jalan ini diumumkan, gelombang protes dan kecemasan segera memenuhi udara. Para warga, yang merasa tergantung pada jalan ini untuk menjalani kehidupan sehari-hari, secara cepat menyuarakan keprihatinan mereka akan kemungkinan dampak yang merugikan. Pertanyaan pun muncu l: Apakah manfaat jangka panjang dari pembangunan infrastruktur dapat mengimbangi kerugian yang mungkin ditimbulkan dalam jangka pendek?
Diketahui sebelumnya, warga yang mengatasnamakan Paguyuban Warga Muncul Setu itu telah menggelar aksi demo dua kali pada 5 April dan 18 April 2024 lalu. Mereka menolak rencana penutupan Jalan Puspiptek oleh BRIN. Sementara, demo terakhir dilakukan warga untuk menagih keputusan BRIN soal penutupan Jalan Puspiptek itu pada Selasa, 23 April 2024.
Setelah hampir satu jam audiensi, akhirnya pihak BRIN pun mengumumkan keputusannya soal rencana penutupan Jalan Puspiptek. Koordinator Kawasan Sains Terpadu BJ Habibie BRIN, Ana Harlina mengatakan, pihaknya batal menutup Jalan Puspitek yang belakangan kerap didemo itu. "Salah satu yang kita sepakati adalah kami dari BRIN bersama pemerintah daerah provinsi dan kota itu akan melakukan kajian untuk memberikan keputusan yang terbaik. Dengan kajian ini, saya putuskan hari ini bahwa tidak ada penutupan jalan," kata Ana di depan massa pendemo, Selasa (23/4/2024).
Dalam kesimpulan, BRIN telah membatalkan rencana penutupan Jalan Raya Serpong-Parung di KST BJ Habibie, Tangerang Selatan. Rencana ini telah menimbulkan kekhawatiran dan protes dari warga setempat, yang akhirnya memaksa BRIN untuk membatalkan rencana tersebut. Dengan demikian, BRIN telah menunjukkan kesadaran akan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam keputusan yang berdampak pada masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H