Polusi udara merupakan masalah lingkungan global yang semakin memprihatinkan. Dampak polusi udara terhadap kesehatan manusia telah menjadi perhatian utama dalam beberapa dekade terakhir. Namun, fokus pada dampak polusi udara terhadap perkembangan otak anak masih belum mendapat perhatian yang cukup luas (Brockmeyer & D'Angiulli, 2016).
Anak-anak merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap dampak polusi udara karena mereka memiliki rasio pernapasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ukuran tubuh mereka, serta memiliki mekanisme pertahanan alami yang belum sepenuhnya berkembang. Selain itu, anak-anak juga menghabiskan banyak waktu di luar ruangan dan memiliki kebiasaan sanitasi yang masih berkembang, meningkatkan risiko mereka terpapar polutan udara (Vanos, 2015; Calderon et al., 2013).
Bukti-bukti ilmiah telah menunjukkan bahwa paparan polusi udara dapat berdampak negatif pada perkembangan otak anak. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang tinggal di kota-kota besar yang terpapar polusi udara memiliki risiko mengalami perubahan neural, perilaku, dan kognitif yang terkait dengan paparan polusi udara (Brockmeyer & D'Angiulli, 2016). Polusi udara dapat merusak sistem saraf pusat anak-anak melalui berbagai jalur, antara lain:
- Inflamasi
- Paparan polutan udara dapat menyebabkan peradangan di otak, yang dapat mengganggu fungsi otak dan perkembangannya.
- Stres oksidatif
- Polutan udara dapat meningkatkan produksi radikal bebas di otak, yang dapat merusak sel-sel otak.
Paparan polusi udara dapat menyebabkan neuroinflamasi yang luas, yang berkontribusi pada kerusakan sel dalam sistem saraf pusat, dan kemungkinan merupakan mekanisme kunci terjadinya defisit kognitif (Calderon et al., 2013; Calderon et al., 2012; Calderon et al., 2012). Selain itu, paparan polusi udara juga dapat menyebabkan perubahan struktural yang signifikan dalam otak anak, terutama pada area korteks prefrontal, yang berpotensi memengaruhi perkembangan otak pada area yang terkait dengan perilaku dan kinerja kognitif (Calderon et al., 2011). Dampak polusi udara pada otak anak-anak dapat berupa:
- Gangguan kognitif
- Paparan polusi udara dapat menyebabkan gangguan kognitif pada anak-anak, seperti gangguan atensi, memori, dan kemampuan belajar.
- Gangguan afektif
- Paparan polusi udara juga dapat menyebabkan gangguan afektif pada anak-anak, seperti depresi, kecemasan, dan perilaku agresif.
- Gangguan perkembangan
- Paparan polusi udara dapat menyebabkan gangguan perkembangan pada anak-anak, seperti autisme dan gangguan spektrum autisme (ASD).
Untuk melindungi anak-anak dari dampak negatif paparan polusi udara, berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan :
- Hindari aktivitas di luar ruangan pada saat polusi udara tinggi
- Gunakan masker saat berada di luar ruangan
- Jaga kebersihan rumah
- Berikan asupan nutrisi yang seimbang
- Dorong anak untuk berolahraga secara teratur
Selain itu, penting juga untuk mengurangi polusi udara di lingkungan sekitar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara :
- Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor
- Memanfaatkan transportasi umum
- Menanam pohon
- Mendukung kebijakan pemerintah untuk mengurangi polusi udara
Polusi udara merupakan masalah lingkungan yang serius yang dapat berdampak negatif pada kesehatan manusia, termasuk anak-anak. Dengan memahami dampak polusi udara terhadap perkembangan otak anak dan melakukan upaya pencegahan, kita dapat melindungi anak-anak dari dampak negatif paparan polusi udara.
Daftar Pustaka :
Brockmeyer,S. and D'Angiulli, A. (2016). How air pollution alters brain development : the role of neuroinflammation. Translational Neuroscience, Â 7 , 24-30.