Mohon tunggu...
St Fadliyah Syiami
St Fadliyah Syiami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Ilmu Gizi

Saya adalah mahasiswa tingkat 3 di bidang Ilmu Gizi Universitas Hasanuddin

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Intermittent Fasting: Tren atau Terobosan Baru? Mengupas Dampak Jangka Panjang pada Metabolisme dan Kesehatan

25 September 2024   04:46 Diperbarui: 25 September 2024   09:10 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Intermittent fasting (IF) atau puasa berselang sudah menjadi tren diet yang sangat populer dalam beberapa tahun terakhir. Caranya cukup sederhana: kamu berpuasa selama periode waktu tertentu dan hanya makan di waktu yang sudah ditentukan. Misalnya, ada metode 16/8, di mana kamu berpuasa selama 16 jam dan makan dalam 8 jam, atau metode 5/2, di mana kamu makan seperti biasa selama lima hari, dan pada dua hari lainnya membatasi asupan kalori dengan sangat ketat. Banyak orang memilih IF untuk menurunkan berat badan, tapi beberapa orang juga percaya bahwa IF bisa membantu memperbaiki metabolisme dan menurunkan risiko terkena penyakit jangka panjang. Tapi, apakah klaim-klaim tersebut benar-benar didukung oleh bukti ilmiah yang kuat, atau hanya sekadar tren sesaat? 

Salah satu alasan IF menjadi populer adalah klaim bahwa cara ini bisa memperbaiki metabolisme. Menurut penelitian Anton dkk. (2018), IF bisa meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin dan mengurangi peradangan. Ini penting karena kedua hal ini berpengaruh pada cara tubuh kita mengelola energi dan lemak. Saat puasa, kadar insulin kita turun, dan tubuh mulai menggunakan lemak sebagai sumber energi. 

Namun, ada kontroversi tentang apakah manfaat ini dapat bertahan dalam jangka panjang. Dalam tinjauan ilmiah oleh Patterson dan Sears (2017) menemukan bahwa IF memang bisa membantu menurunkan berat badan dan mengontrol gula darah, tetapi efek jangka panjangnya masih belum jelas. Kebanyakan penelitian tentang IF dilakukan dalam jangka waktu kurang dari satu tahun, jadi kita masih butuh lebih banyak penelitian untuk melihat apakah manfaat ini bisa bertahan lebih lama. 

Selain klaim tentang metabolisme, IF juga disebut-sebut dapat menurunkan risiko penyakit-penyakit seperti diabetes tipe 2 dan penyakit jantung. Studi lain, menunjukkan bahwa IF bisa membantu tubuh lebih tahan terhadap stres oksidatif dan merangsang proses pembersihan sel-sel yang rusak di tubuh (autophagy). Ini penting untuk mencegah penuaan dan penyakit kronis. 

Tapi, kebanyakan penelitian ini dilakukan pada hewan, dan belum banyak studi yang membuktikan manfaat ini pada manusia. Sebagai contoh, penelitian oleh Harvie dkk. (2011) menemukan bahwa puasa intermiten bisa mengurangi kadar insulin pada wanita yang berisiko tinggi terkena kanker payudara, tapi hasil ini belum bisa dipastikan berlaku untuk semua orang. Ditambah lagi, ada risiko gangguan pola makan dan stres yang perlu dipertimbangkan jika kita terlalu sering membatasi makan. 

Meskipun IF menjanjikan, ada beberapa masalah dengan cara penelitian tentang IF dilakukan. Banyak studi dilakukan dengan peserta yang jumlahnya sedikit dan hanya dalam waktu yang singkat. Selain itu, banyak peserta yang kesulitan mengikuti pola IF dalam waktu lama, sehingga hasilnya mungkin tidak mewakili populasi umum. Tinjauan yang dilakukan oleh Trepanowski dkk. (2017) menunjukkan bahwa banyak peserta yang tidak bisa mengikuti IF dengan konsisten, sehingga hasilnya bisa bias. Karena itu, kita masih memerlukan lebih banyak penelitian dengan peserta yang lebih banyak dan durasi lebih lama agar benar-benar bisa memahami efek jangka panjang IF. 

Intermittent fasting merupakan metode diet yang menarik karena berpotensi memberikan manfaat bagi metabolisme dan kesehatan. Meskipun beberapa penelitian awal menunjukkan beberapa dampak positif, terutama pada peningkatan sensitivitas insulin dan pengurangan peradangan. Namun, bukti ilmiah mengenai manfaat jangka panjangnya masih belum cukup kuat. Perlu penelitian lebih lanjut untuk menentukan apakah IF benar-benar solusi kesehatan yang revolusioner atau hanya sekadar tren. 

Seperti semua jenis diet, penting untuk mempertimbangkan kebutuhan individu, gaya hidup, dan kondisi kesehatan sebelum mencoba IF. Sebaiknya selalu konsultasi dulu dengan ahli gizi atau dokter sebelum mulai mengikuti pola diet tertentu.

Referensi

Anton, S. D., Moehl, K., Donahoo, W. T., Marosi, K., Lee, S. A., Mainous, A. G., & Mattson, M. P. (2018). Flipping the metabolic switch: understanding and applying the health benefits of fasting. Obesity, 26(2), 254-268.

Harvie, M. N., Pegington, M., Mattson, M. P., Frystyk, J., Dillon, B., Evans, G., ... & Howell, A. (2011). The effects of intermittent or continuous energy restriction on weight loss and metabolic disease risk markers: a randomized trial in young overweight women. International Journal of Obesity, 35(5), 714-727.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun