"Kau tidak lipstik-an?", tanya Rotu pada Nazka.
Nazka terdiam sesaat. Mimik cueknya tetap terbaca jelas dari matanya, meskipun hampir semua wajahnya tertutup oleh masker.
"Tidak", meskipun agak malas dia tetap menjawabnya.Â
"Kenapa juga lipstik-an? Â Toh mau dipakai juga tidak kelihatan. Yang ada malah meninggalkan noda di masker", terangnya dengan argumentasi yang realistis.Â
Jawabannya selalu logis, realistis, tajam dan blak-blakan. Kadang menohok, kadang lucu juga.
Rotu hanya ber-'Oh' lalu terdiam. Benar juga. Begitu pikirnya.Â
"Kalau aku tetap pakai lipstik", Rotu berbicara. "Supaya tidak pucat", terangnya.
Ganti Nazka yang ber-'Oh' ria.Â
"Iya, maskermu kan tembus pandang, ya?", kini Nazka mulai dengan humor sarkasnya.
Rotu tetap terdiam. "Yah, biar pede aja", ucapnya. Lalu terdiam.Â
Diam-diam dia memperhatikan riasan Nazka yang lebih menonjol ke riasan mata. Eyelinernya lebih tebal dan sapuan eyeshadownya lebih menonjol. Membuat sorot mata perempuan itu lebih tajam dari biasanya. Mungkin jika Nazka adalah seorang presenter, dia akan sangat cocok membintangi program investigasi terkenal yang berjudul "Cutter". Wajahnya tetap terpoles foundation sehingga tampak fresh namun tetap natural.Â