Gelasku pecah hari ini.
Dan aku teringat sesuatu karena itu.
Kagetnya mengingatkanku akan kagetnya aku di saat-saat terpuruk. Saat-saat di mana semua terasa hancur berantakan. Saat di mana semua yang kuperjuangkan begitu keras hancur terlepas.
Semua yang kugenggam erat dipaksa terlepas.
Persis seperti gelas itu.
Benar-benar hancur berkeping-keping. Tak ada bagian yang utuh. Semua yang kuperjuangkan selama itu terasa tak ada artinya, tak ada gunanya.
Tak ada kata yang benar-benar tepat menggambarkannya. Aku begitu hancur terpukul.
Butuh berpuluh-puluh hari untukku cukup pulih dari keadaan itu. Beratus-ratus hari untukku mulai membaik. Sadar, bahwa hidup terus berjalan. Dan aku harus mulai berjalan tanpa memandang bayang-bayang. Meskipun itu bayanganku sendiri.
Akhirnya aku menyadari sesuatu.
Kesadaran yang sama ketika pecahnya gelas itu.
Waktu itu, aku termenung beberapa lama.
Kaget, gelas di rumahku satu-satunya hancur menjadi serpihan beling.
Aku memungutnya satu per satu. Perlahan-lahan.