Waktu itu, saya lupa tanggal persisnya, saat ketika menghadapi tes masuk SMA Kanisius tahun ajaran 2020-2021. Hal yang muncul di pikiran saya saat itu adalah, "Wah, bakal masuk kah saya ke SMA KANISIUS...?" Mengingat kejadian tersebut, rasanya tidak lama setelah itu terjadi. Mungkin kira-kira sekitaran beberapa minggu atau bulan yang lalu. Namun, setelah membuka mata, sedikit mengejutkan bahwa kenyataannya sudah lebih dari 3 tahun semenjak ingatan tersebut terukir di dalam memori. Waktu berlalu-lalang begitu cepatnya hanya dalam sebuah kedipan mata. Harapan yang dulu selalu diangan-angankan kini telah menjadi salah satu bagian dalam buku kehidupan. Berbagai pengalaman mengisi, suka dan duka memenuhi keseharianku sebagai seorang Kanisian. Berbicara mengenai pribadi seorang Kanisian, sebenarnya kapan saya menjadi seorang Kanisian? Apa yang sebenarnya telah saya alami hingga membawa saya pada titik ini, dan detik ini dalam kehidupan saya sebagai seorang Kanisian? Cukup membuat diri penasaran, dan, sepertinya menarik untuk dibahas mengingat lembaran kehidupan akan berlanjut pada bagian berikutnya dalam waktu yang tergolong singkat.Â
Pandemi ya, cukup mengesankan, dan ternyata membosankan setelah keseharian di rumah yang dijalani selama lebih kurang dua tahunan. Bermula dari seorang siswa yang dimarahi karena ketahuan bermain gim saat Ignatian Leadership Training--kegiatan yang terkenal menyeramkan dan menegangkan bagi para siswa baru di SMA Kanisius--hingga menjadi salah satu dari sembilan Presidium SMA Kanisius--pengurus seluruh kegiatan kesiswaan dan cerminan wajah seorang Kanisian. Sedikit menghibur, dan menggelitik tentunya jika mengingat kembali cerita tersebut dalam perjalanan saya di SMA Kanisius ini. Salah seorang teman pernah berkata, "Lihat nih! OSIS yang main gim pas ILT." Sambil menunjuk-nunjuk seorang siswa yang perjalananannya memang cukup dinamis. Perasaan terhibur datang bersamaan dengan rasa terharu atas segala perubahan dan perjuangan yang telah diri ini lakukan sejak PSB SMA Kanisius hingga menjadi seorang siswa kelas 12 SMA Kanisius.Â
Pengalaman yang mengubah, apa ya, saya sendiri juga tidak terlalu ingat karena banyaknya pengalaman yang didapat selama perjalanan hidup saya di SMA Kanisius. Mungkin satu, pengalaman yang membuat jiwa sadar dan paham akan nilai Kanisian yang sesungguhnya, yaitu mengambil keputusan untuk ikut serta dalam kegiatan ALT 2021 dan melanjutkannya hingga ke tahap kaderisasi OSIS 2022. Jujur, cukup membingungkan dan hingga sekarang, saya tidak menemukan jawaban mengapa keputusan tersebut dapat dipilih oleh jiwa yang kurang dikenal ini. Apa yang saya yakini adalah, menjadi seorang Kanisian tidak sekadar menyanyikan Mars Kanisius dan memamerkan logo kebanggaan ini kepada dunia. Menjadi seorang Kanisian lebih dari sekadar hal sepele tersebut. Menjalani dan menghidupi nilai 4C1L memang bisa menjadi tolak ukur bagaimana seseorang pantas disebut sebagai seorang Kanisian, akan tetapi lebih dari itu. Solidaritas? Rasa dan kesadaran tersebut akan muncul sendirinya selama berproses dan berdinamika dengan sesama di SMA Kanisius. Sepertinya telah ditemukan jawabnya, dan ternyata tidak serumit itu. Menjadi seorang Kanisian tidak perlu bertele-tele akan hal apapun. Sebenarnya cukup, hanya dengan menyadari bahwa segala sesuatu yang kita lakukan ialah selalu didasari oleh satu tujuan mulia, Ad Maiorem Dei Gloriam, demi lebih besarnya kemuliaan Tuhan.
Tidak cukup untuk menceritakan seluruh perasaan dan pengalaman yang telah saya dapatkan selama menjalani kehidupan di rumah kedua ini. Bahkan mungkin, seluruh kertas di dunia yang ada sekarang tidak akan cukup untuk menampung itu semua. Sedikit banyak tawa riang, duka malang, dan berbagai rasa lainnya mewarnai lembar halaman kehidupanku di Kolese Kanisius. Sebentar lagi, halaman lama akan ditutup dan membuka halaman yang baru. Namun, segala pengalaman yang diperoleh nampaknya akan sulit untuk tertutup. Alangkah baiknya lembaran ini dijadikan kertas catatan yang selalu diingat dan akan dibawa ke mana pun juga. Sebelum menutup, izinkan diri yang tidak sempurna ini mengabadikan sebuah kalimat untuk diri sendiri, teman-teman dan para guru di SMA Kanisius, dan kepada para generasi penerus bangsa. "Ambil kesempatan dan belajarlah sebanyak-banyaknya, waktu terlalu singkat untuk dibuang, pengalaman terlalu berharga untuk disia-siakan. Tinggikan ilmu dan rendahkan hati, niscaya terwujudlah harapan dan kebahagiaanmu. Ad Maiorem Dei Gloriam." Saya, Stevinsky Sariputra Agung, mengucapkan terima kasih atas segala kesempatan dan pengalamannya. Sampai berjuma di lain kesempatan. Tuhan memberkati kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H