Siapa yang tidak tahu Harun ar-Rasyid nama yang selalu terkenang dalam sejarah Islam terutama pada masa Bani Abbasiyah. Bani Abbasiyah memiliki sembilan khalifah pada masanya namun tidak semua khalifah Bani Abbasiyah dapat menorehkan tinta emas sebagaimana khalifah-khalifah Bani Abbasiyah sebelumnya. Dari kesembilan khalifah Bani Abbasiyah khalifah yang mencetak prestasi-prestasi terbaik pada masa kekhalifahannya hanya lima khalifah saja. Lima khalifah ini dianggap khalifah besar diantaranya adalah Abu al-Abbas as-Saffah, Abu Ja'far al-Mansur, al- Mahdi, Harun ar-Rasyid, dan al-Ma'mun. Khalifah selanjutnya yakni keempat khalifah yang dianggap kurang mampu memimpin serta menjayakan kekhalifahannya adalah al-Hadi, al-Amin, al- Mu'tashim, dan al- Watsiq.
Dalam artikel ini penulis akan memfokuskan tulisannya pada salah satu khalifah besar yang sudah berhasil memimpin, besar jasanya, serta menjayakan kekhalifahannya di Bani Abbasiyah yaitu sosok Harun ar-Rasyid. Harun ar-Rasyid merupakan salah satu adik dari keempat khalifah yang kurang mampu dalam memimpin kekhalifahan Bani Abbasiyah yaitu al-Hadi. Dikatakan tidak populernya al-Hadi menjadi khalifah Bani Abbasiyah karena memang pada saat itu masa kepemimpinan al-Hadi terbilang sangat singkat yaitu hanya berlangsung selama satu tahun satu bulan dua puluh hari. Ketika al-Hadi tengah menjabat sebagai khalifah Bani Abbasiyah, adiknya yaitu Harun ar-Rasyid berusaha merebut takhta al-Hadi kakaknya. Ibu dari keduanya berusaha untuk memisahkan mereka agar tidak terjadi peristiwa yang tidak diinginkan akibat Harun ar-Rasyid yang menjadi saingannya al-Hadi bersikeras merebut takhta al-Hadi. Al-Hadi karena takut tersaingi oleh adiknya sendiri yaitu Harun ar-Rasyid sampai menghilangkan hak adiknya menjadi penggantinya itu dengan cara mengangkat anaknya al-Hadi sendiri yaitu Ja'far.
Karena dilanda ketakutan yang amat sangat al-Hadi pun berinisiatif memenjarakan penasihat dan pendidik utama Harun ar-Rasyid yaitu Yahya bin Khalid serta beberapa orang penting dan berpengaruh yang dianggap dapat menggagalkan rencananya. Harun ar-Rasyidpun merasa tidak suka dengan berbagai trik kakaknya itu dan maneuver khalifah, peristiwa ini menjadikannya harus melarikan diri dari ibu kota untuk menyelamatkan dirinya. Tak lama berita duka sampai ketelinga Harun ar-Rasyid sehingga menjadikannya harus pulang ke Baghdad untuk menggantikan posisi kakaknya sebagai khalifah yaitu al-Hadi yang meninggal dunia.
Setelah kekhalifahan al-Hadi digantikan oleh adiknya banyak perubahan yang terjadi dan terlihat berbagai peningkatan di berbagai bidang khususnya bidang ilmu pengetahuan. Menurut Didin Saefuddin Buchori, 2009 dalam karyanya Harun ar-Rasyid memerintah selama 23 tahun dan membuat dinasti ini mencapai kemajuan dan kejayaan di bidang politik, ekonomi, perdagangan, ilmu pengetahuan, dan peradaban Islam. Harun ar-Rasyid menjadi mashur dan karena kemashurannya namanya sampai disebut di berbagai buku sejarah. Salah satu buku sejarah yang mencantumkan namanya dan takjub akan pemerintahannya sebagaimana yang dikutip penulis dari buku Didin Saefuddin Buchori, 2009 adalah Encyclopedia Americana. Encyclopedia Americana mengomentari pemerintahan Harun ar-Rasyid sebagai berikut:
"Harun's reputation was for a long time inflated and idealized in both East and West, perhaps largely because of his legendary role as a figure in some of the tales in The Arabian Nights. The Caliphate reached its peak, of power, wealth, and culture in this time."
(Nama Harun dalam masa yang begitu lama amat termashur dan menjadi buah bibir, baik di Timur maupun Barat, mungkin sebagian besarnya disebabkan karena ia merupakan tokoh legendaris dalam sebagian kisah Seribu Satu Malam. Khalifah mencapai puncak kekuasaan, kemakmuran, dan kebudayaan pada masanya).
Tidak hanya satu buku sejarah saja nama Harun ar-Rasyid tercantum di dalamnya. Namanya disebut lagi di salah satu buku yaitu Historian's History of The World (Vol VIII) dikutip langsung dari buku karya Didin Saefuddin Buchori, 2009.
"The magnificence of all previous reigns paled before that of Harun ar-Rasyid; Harun the just. This famous potentiate, in whom the peculiar genius of the Arab race seems to have reached its highest development, merits particular mention among vicegerents of Mohammad. Brafe, generous, and magnanimous, be resisted all temtations to use despotically his supreme power over a people who ever murmured at his will, and governed with a sole view to assuring the happiness of his will, and governed with subjects."Â
(Keagungan semua kekuasaan telah suram di hadapan Harun ar-Rasyid. Harun sangat adil. Penguasa termashur ini, yang pada masanya kecakapan khusus bangsa Arab mencapai perkembangan yang sangat tinggi, memiliki keistimewaan di antara para penguasa yang menggantikan Muhammad: gagah berani, dermawan, dan sangat agung. Ia menolak setiap rayuan untuk memanfaatkan rayuan kekuasaan tertinggi yang berada di tangannya itu secara sewenang-wenang terhadap rakyat yang tidak pernah menggerutu atas setiap kehendaknya. Ia juga memerintah dengan penuh perhatian untuk kebahagiaan rakyatnya).
Tak heran jika Harun ar-Rasyid memiliki minat yang tinggi dalam ilmu pengetahuan ini karena Harun ar-Rasyid dibentuk dalam pendidikan istana. Pendidikan yang ia dapat tidak hanya yang bersifat duniawi saja ilmu pemerintahan hingga agamapun ia dapatkan dari dalam istana. Pendidikan ia dapatkan dari seorang guru yang bernama Yahya bin Khalid, sang guru adalah keturunan keluarga yang sudah terkenal kecerdasannya yaitu Barmak. Guru Harun ar-Rasyid bukanlah sembarang guru melainkan guru yang cerdas, fasih berbicara, dan mempunyai kepribadian yang tinggi (Didin Saefuddin Buchori, 2009). Yahya sangat berpengaruh besar bagi orang di sekitarnya sehingga selain dijadikan guru pribadi oleh Harun, Yahya kerap dipanggil oleh muridnya "ayah" karena kasih sayangnya yang dalam kepada sang guru.
Sejak saat itu ketika Harun ar-Rasyid terjun dalam dunia pemerintahan beliau masih terbilang dalam usia sangat muda. Hubungan dengan para tokoh ilmuwan, ahli hukum, sejarawan, penulis, qari dan seniman sangat baik. Hubungan baiknya dengan berbagai tokoh dan ahli tidak hanya sekedar hubungan baik saja Harun ar-Rasyid juga kerap mengundang mereka untuk mendiskusikan berbagai permasalahan yang terjadi. Banyak orang yang mengagumi sifat baiknya mulai dari lapisan masyarakat tertentu hingga masyarakat umum. Selain minatnya yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan, Harun ar-Rasyid juga gemar beribadah. Menurut Didin Saefuddin Buchori,2009 yang mengutip as-Suyuthi, setiap hari ia melakukan shalat seratus rakaat, melakukan ibadah haji, serta melakukan ibadah umrah dua kali setahun dengan berjalan kaki dari Baghdad ke Mekkah. Bila ia pergi beribadah haji, para ulama dan anaknya menyertainya. Bila tidak pergi, ia menghajikan tiga ratus orang dengan biaya penuh dari istana.