Mohon tunggu...
Rakha Stevhira
Rakha Stevhira Mohon Tunggu... Penulis - Lulusan fakultas ushuluddin jurusan akidah dan filsafat Universitas Al-Azhar Kairo Mesir

Peminat kajian sufistik dan pemikiran islam

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Tentukan Skala Prioritasmu!

19 Maret 2024   20:15 Diperbarui: 19 Maret 2024   20:22 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.uii.ac.id/insentif-ilmuwan-salah-arah-2/

"إِجتِهَادُكَ فِيمَا ضُمِنَ لَكَ وَتَقصِيرُكَ فِيمَا طُلِبَ مِنكَ دَلِيلٌ عَلَى انطِمَاسِ البَصِيرَةِ مِنكَ"

"Ketika usaha keras engkau terhadap sesuatu yang sudah dijamin, sedangkan engkau lalai dalam mengejar sesuatu yang merupakan sebuah keharusan, maka itu adalah tanda bahwa engkau telah kehilangan bashirah (mata batin)."

Sepertinya kita perlu sepakati dahulu bahwa tubuh manusia terbagi menjadi 2 bagian, yaitu tubuh fisik dan tubuh metafisik. Tubuh fisik meliputi anggota tubuh kita yang bisa secara dzahir (jelas) dapat dilihat dengan kasat mata. Sedangkan tubuh metafisik adalah ruh yang secara visual tidak bisa kita lihat dengan kasat mata. Dari dua bagian tubuh ini masing-masing memiliki sebuah instrument yang dengannya dapat mengamati, melihat dan merasakan sesuatu yang ada dihadapannya. Ya, instrument tersebut adalah mata lahir dan mata batin.

Mata lahir dalam bahasa arab adalah bashar sedangkan mata batin dalam bahasa arab adalah bashirah. Bashar ini adalah mata fisik yang menjadi salah satu panca indra kita dimana dengannya kita tidak bisa melihat sesuatu kecuali yang bersifat materi. Berbalik dengan bashirah adalah mata metafisik yang dengannya kita dapat melihat serta merasakan sesuatu yang bersifat nonmateri.

Janganlah kamu melihat sesuatu hanya dari satu sisi! Mungkin teman-teman familiar dengan nasihat ini. Benar sekali bahwa sudut pandang mata lahirlah yang selalu mendominasi dalam hal kita menghukumi sesuatu yang justru pada faktanya dia sering sekali menipu kita. Sedangkan mata batin, yang mana bisa kita jadikan sudutpandang lain dalam menilai atau menghukumi sesuatu selalu kita lalaikan dan tidak pernah kita gunakan.

Tidak heran jika kita melihat media sosial hari ini banyak sekali netizen-netizen yang secara sembrono membuli hingga mengutuk jika ada sesuatu yang dia pandang tidak sesuai secara mata lahirnya. Sangat miris sekali, sedangkan kanjeng Rasul sudah sangat mewanti-wanti ketika saat jaman yang sangat modern seperti saat ini tiba yang dimana akses informasi sudah tidak terfilter lagi agarnya untuk kita selalu berhati-hati dan tetap berpegang pada pedoman tabayyun untuk mengidentifikasi suatu permasalahan.

Latihlah mata batinmu agar lebih dapat bisa merasakan dan melihat sesuatu dari sudutpandang yang berbeda! Hanya terhadapnya kita bisa bergantung. Karena jika kita menggangtungkannya pada mata lahir hanya tipu daya yang akan selalu kita dapatkan.

Imam Ibnu Ajibah berpesan bahwa jika kita lebih banyak cenderung melihat dengan mata batin maka kita akan selalu disibukan dengan hal-hal yang bersifat ukhrawi. Tetapi jika sebaliknya maka hilanglah mata batin kita, dan kemudian kita tidak akan merasakan nikmat bagaimana indahnya Tuhan beserta hal-hal yang berada disekitarnya. Karena yang tersisa untuk kita lihat hanyalah materi dan materi.

Maka dari itu sangat penting sekali untuk menjaga agar bashirah ini tidak tertutup atau bahkan sampai hilang seperti yang dinasihatkan oleh Ibnu Athaillah

Dengan apa mata hati kita bisa hilang? Adalah dengan kita yang terlalu cenderung atau bahkan sering memprioritaskan hal-hal yang sebetulnya sudah terjamin seperti rezeki, jodoh, dan lain-lain yang bersifat duniawi. Sedangkan justru hal-hal yang bersifat ukhrawi seperti kematian hingga ibadah sebagai bekal kehidupan di akhirat kelak sering kali kita lalaikan dan lupakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun