pendengaran kami terpatahpatah
pencecapan kami terbatabata
sebab puluhan tahun kami menginap
di sebuah negeri
yang kami sebut puisi pertiwi
daratannya indah, orangorangnya elok
sungaisungainya berkelok, pucukpucuk bukitnya bergelombang
sawah dan langitnya molek
juga kemiskinannya menohok
korupsinya mencolok
konflik SARAnya melolong
sepanjang waktu
#
ah. pagi sudah datang. puisi ini harus segera
kupatahkan. sebelum ibu di kamar barsalin
menghembuskan bayibayi harapan
siapa tahu, esok, esoknya, dan esoknya lagi
telinga dan lidah kami bangkit kembali
karena kemiskinan, korupsi, dan SARA
sudah pupus diary hidupnya. tentunya,
sebelum kutinggal mati
ista, 18 oktober 2014
Sumber: www.steveelu.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H