Mohon tunggu...
Steven Wijaya
Steven Wijaya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bangkit dalam Keberagaman

12 Februari 2017   14:38 Diperbarui: 12 Februari 2017   15:49 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama Kita Bangkit Dalam Keberagaman

Memasuki era modern ini, semakin terasa pengaruh globalisme dan pluralisme di kalangan masyarakat dunia, di mana ‘batas’ antar bangsa semakin pudar. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk sosial yang tidak mampu hidup sendiri. Hal tersebutlah yang kemudian mendorong perbedaan yang ada justru menjadi jembatan untuk menjalin kerja sama membangun dunia yang semakin maju dan beradab.

Perubahan menuntut manusia untuk terus berkembang, meninggalkan paradigma lama yang cenderung bersifat tertutup dan egosentris, menuju paradigma modern yang melibatkan budaya masyarakat dunia yang penuh dengan keberagaman. Hal serupa terjadi ketika para pejuang kemerdekaan, yang berlatar belakang dari beragam suku, agama, ras, dan golongan bersatu dan berjuang untuk satu identitas yaitu Indonesia dengan menjunjung tinggi semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” (berbeda-beda tetapi tetap satu).

Perusak moralitas bangsa

Arus perkembangan terus melaju, ada yang mampu beradaptasi, ada pula yang tidak. Orang-orang yang menutup diri akan hal tersebutlah yang kemudian membuat berbagai pandangan, yang berusaha membenarkan diri mereka sendiri. Mengatasnamakan agama ataupun golongan tertentu sebagai kedok menutupi segalanya. Merasa yang paling benar, berpacu pada paradigma lama untuk menutup diri. Tidak mampu bersaing secara terbuka dan jujur, lalu menggunakan cara-cara licik memanfaatkan perbedaan untuk merusak keberagaman. Mengucap sumpah seolah lelucon sehari-hari, mau membuat sensasi namun tidak mau bertanggung jawab. Berkoar-koar seolah penyatu padahal sesungguhnya pemecah.

Menjunjung tanah air

Ketika mendapat pertanyaan : “kamu orang mana ?”,  mayoritas orang menjawab secara refleks : “Jawa”, “Batak”, “Tionghoa”, “Papua”, ataupun jawaban serupa lainnya, namun sedikit yang berani menjawab dengan tegas “Indonesia!”. Pikiran kita seringkali seolah didominasi oleh pola pikir chauvinisme akan keyakinan yang kita miliki. Hal ini membuat wawasan kita menjadi sempit dan tidak mampu beradaptasi terhadap perkembangan dunia. Ketika kita berbicara mengenai nasionalisme, tentang Indonesia, yang kita bahas sesungguhnya bukan lagi dari keturunan mana kita berasal, apa agama dan keyakinan kita, apa warna kulit kita, dan hal-hal serupa lainnya, akan tetapi yang kita bicarakan adalah mengenai : “Apa yang mampu dan telah aku perbuat untuk Indonesia ?

Berani untuk berjuang

Indonesia memiliki jutaan penduduk yang pintar, berbakat, ramah, bermoral, namun sedikit yang berani berjuang. Dunia politik kian dipenuhi kepentingan berbagai kelompok yang haus akan kekuasaan, para perampok negara berkedok wakil rakyat. Hanya tersisa sedikit yang sungguh-sungguh jujur dan berjuang untuk rakyat. Bahkan, seringkali pejuang yang sesungguhnya tersebut malah tersingkir oleh dominasi mayoritas, yang memanipulasi pikiran rakyat lewat cara-cara yang tak sewajarnya digunakan. Indonesia yang merupakan negara kesatuan dinodai dengan tingkah kaum yang mengatasnamakan dirinya sebagai ‘perwakilan’ mayoritas.

Kini, beranikah kita berjuang melawan hal tersebut demi Indonesia? Bagaimanakah kita melakukannya? Cukup dengan berani membuka mata kita, menatap kenyataan bahwa kita semua, walaupun berbeda-beda, namun berjuang untuk satu kesatuan yang disebut Indonesia. Mari kita wujudkan pribadi bangsa yang cerdas, yang mampu memilah antara kebenaran dan kebohongan. Gunakan hati nurani kita untuk memilih pemimpin yang berani berjuang dengan jujur dan bekerja nyata memperbaiki bangsa ini, bukan yang hanya mampu berandai-andai, menggunakan kata-kata manis untuk memberikan kepuasan sesaat. Hal ini terkesan sederhana, namun menentukan nasib Indonesia di masa depan.

Indonesia untuk dunia

Pluralisme adalah bagian dari Indonesia yang tak dapat terpisahkan. Maka dari itu, mari kita manfaatkan hal tersebut untuk membangun Indonesia. Sudah saatnya kita bangkit dan menunjukkan kepada dunia, Indonesia yang sesungguhnya. Saat inilah perjuangan kita diuji, untuk membaktikan diri pada Ibu Pertiwi. Bersama kita berjuang, tanpa pandang suku, agama, ras, maupun golongan, karena kita semua, dari Sabang sampai Merauke, adalah satu Indonesia, satu kesatuan yang tak terpisahkan. Mari kita bangkit bersama-sama dengan keberagaman di antara kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun