Laut Belawan di Sumatera Utara selalu menjadi daya tarik bagi siapa saja yang melihatnya dari kejauhan. Namun, jika melangkah lebih dekat, ada masalah besar yang harus dihadapi "sampah".
Pesisir Belawan, yang menjadi sumber penghidupan masyarakat, kini perlahan kehilangan pesonanya akibat limbah yang mencemari ekosistem dan merusak keseimbangan lingkungan.
Dalam kunjungan kami ke Belawan, kami menemukan kenyataan pahit tentang dampak buruk sampah terhadap kehidupan di sana.
Salah satu suara yang mencerminkan perjuangan tersebut adalah Pak Yusuf, seorang penjaga pantai yang telah mendedikasikan hidupnya sejak 2014 untuk membersihkan sampah di pesisir. Setiap hari, ia mencangkul dan mengumpulkan sampah yang terus datang tanpa henti.
"Nggak ada yang benar-benar peduli, kehidupan di sini belum merdeka. Akses jalan susah, listrik nggak merata. Saya berharap kalau pantai ini bersih, banyak wisatawan yang datang, dan hidup kami jadi lebih baik," kata Pak Yusuf.
Menurut laporan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Medan, volume sampah yang mengotori laut Belawan sebagian besar berasal dari limbah domestik yang terbawa arus sungai ke pesisir.Â
Selain itu, minimnya fasilitas pengelolaan sampah di kawasan ini membuat sampah terus menumpuk, sehingga sulit bagi masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan layak dikunjungi wisatawan.
Rusaknya Ekosistem Laut Akibat Sampah
Husni, yang bekerja sebagai tukang las kapal selama dua tahun terakhir, merasa miris melihat kondisi laut yang semakin tercemar. Sampah di sekitar kapal yang bersandar membuat ekosistem laut di sekitarnya rusak.
"Banyak banget sampah di sekitar kapal. Pemandangannya kotor banget. Kalau kayak gini terus, bukan cuma lingkungan yang rusak, tapi juga ekosistem lautnya. Ikan dan biota lainnya bakal terancam," ujar Husni.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya