Judul buku: Jalan Lain ke Tulehu
Penulis: Zen RS
Penerbit Bentang Pustaka
Tahun terbit Mei 2014.
Jalan Lain ke Tulehu merupakan buku yang cukup lama untuk saya selesaikan. Sekitar sebulan lebih dibutuhkan hingga menulis review ini. Membaca cerita ini sejak awal membuat ingatan-ingatan saya tentang kerusuhan Ambon kembali di benak saya. Di awal buku ini cukup berat saya menghabiskan lembaran-lembaran awal. Nostalgia pergi mengungsi keluar Ambon menggunakan kapal laut dan banyak hal yang dialami sejak duduk di kelas 3 SD itu masih segar di benak saya. Buku Jalan Lain ke Tulehu merupakan pelengkap dari Film "Cahaya Dari Timur: Beta Maluku" yang turut mempromosikan Maluku kepada masyarakat luas. Buku ini merupakan cerita sisi lain sepakbola di saat konflik Maluku. Hal tersebut adalah tema besarnya, di samping beragam cerita yang dihiasi oleh puisi, musik, dan sejarah. Perpaduan yang saling melengkapi ini dengan tepat menambah isi novel ini.
Membaca buku ini saya merasakan cerita yang disajikan begitu hidup, kepiawaian penulis mendeskripsikan jalannya pertandingan sepakbola, menit-menit hidup atau mati seseorang di waktu kerusuhan di kota Ambon. Meskipun dituliskan bahwa ini adalah cerita rekaan, saya percaya bahwa wawancara dan pertemuan dengan orang-orang Tulehu sangat banyak memberi warna bagi penulisan Jalan Lain ke Tulehu. Zen RS mampu menghadirkan drama kehidupan yang terjadi saat konflik kepada pembaca, mereka mungkin sudah lupa dulu di ujung timur Indonesia yang damai, luar biasa diberkahi dengan kekayaan alam dan budayanya, tempat lahirnya talenta pesepakbola nasional diluluhlantakkan oleh konflik horisontal berkedok agama.
Ada rasa bangga bagi saya ketika mengetahui banyak pesepakbola nasional kawakan lahir dari lapangan Matawaru di kampung Tulehu. Banyak Fam (nama keluarga) yang saya ketahui dan baru saya kenal setelah membaca buku ini. Ada Umarella, Tehuhatuela, Tehulapesuri, Nahumamuri, Ohrella, Hunusasela, Tuasalamoni, dan Lestaluhu. Kabar terbaru terdapat beberapa pemain Maluku yang kemarin membela Timnas Indonesia di ASIAN GAMES 2014, salah satunya Ramdani Lestaluhu.
"Dalam setiap perseteruan antara dua kubu yang punya hubungan panjang, hampir pasti disertai kekerasan terhadap ingatan dan kenangan bersama. Ada kenangan yang disembunyikan, tapi ada juga kenangan yang ditonjol-tonjolkan. Salah satu segi konflik berdarah antara dua saudara sering kali hadir seperti sebuah fiksi yang memaksimalkan permainan ingatan dan kenangan." Hal 178-179.
Buku ini membuat kita dapat sejenak melihat kembali sejarah yang pernah terjadi di kota Ambon, kemudian bersyukur sekarang Ambon sudah jauh lebih baik. Selain itu juga memperkenalkan Tulehu sebagai tempat kelahiran bakat pesepakbola. Hal ini tentunya secara tidak langsung untuk mengetuk hati pemerintah supaya lebih fokus dalam pembinaan olahraga sepakbola di Maluku. Di Ambon sendiri, ada kabar bahwa akan ada kerjasama sekolah sepakbola untuk usia dini antara KNVB dengan pihak Ambon. Kelak lewat sepakbola talenta-talenta muda asal Maluku dapat memberikan sumbangsih besar bagi Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H