Berdiri di hadapan peserta "Temu Pendidik Maluku", Imanuel Lawalata bercerita tentang pengalamannya sebagai pengajar PAUD di pulau Saparua, Maluku. Lulus dari UK Petra Surabaya, saat ini Adi-sapaan akrab Imanuel-mendedikasikan waktunya untuk kegiatan PAUD Lounno.
Bersama Adi ada beberapa guru yang berbagi soal proses kreatif dalam mengajar. Di tengah berbagai keterbatasan di Ambon, ada saja cara untuk melawan ketertinggalan tersebut. Pada Rabu (27/01) pagi yang cerah, di aula SMAN 1 Ambon Bukik Setiawan mewakili Kampus Guru Cikal turut hadir berbagi soal gerakan Guru Belajar.
Bukik, penulis buku dan praktisi pendidikan berharap para guru dapat memiliki motivasi untuk terus belajar. Hal terpenting adalah motivasi internal dari setiap insan pendidik. Terus mengembangkan diri dan menjadi guru yang dapat menjadi role model bagi anak didik. "Anak Bukan Kertas Kosong" karya pertama yang terbit tahun kemarin mendapat sambutan positif di masyarakat. Saat ini buku mas Bukik akan naik cetak untuk kali ketiga.
***
Ditemani secangkir kopi Rarobang, kopi hangat khas Warung Kopi Sibu-Sibu dan suara biduan yang merdu manajer pengembangan "Kampus Guru Cikal" ini menyempatkan diri ngobrol seputar pendidikan anak, buku dan soal ngeblog. Dengan aksen suroboyoan yang masih cukup kental, Bukik bercerita soal ABKK dan rencana terbit buku barunya yang berjudul Bakat Bukan Takdir.
"Fase-fase perjalanan untuk mengasah bakat anak itu yang menjadi pembeda buku saya dengan (buku) yang lain," kata bloger yang pernah menjadi dosen Fakultas Psikologi UNAIR selama 7 tahun. "Saya sudah mempersiapkan dengan detail soal promosi buku baru, naskahnya sudah siap dan tinggal membahas kontrak dengan penerbit baru. Rencana terbit awal Maret." ujar Bukik yang sore itu menyantap cemilan tar labu.
Pembelajar sepanjang hayat. Bukik terus berkeliling Indonesia membagikan motivasi soal pentingnya guru belajar. Kampus Guru Cikal juga membuka pertemuan rutin Temu Pendidik dan program beasiswa untuk pengajar. Dengan peningkatan pengelolaan kelas dan ketrampilan mengajar, para pendidik akan jauh lebih maksimal dalam mengajar di kelas. Selain aktif mengelola bukik.com, dirinya juga aktif membaca buku. Novel hingga buku agama dilahapnya.
Dia menyarankan saya untuk membeli Kindle Classic untuk menyiasati buku impor yang mahal. Tahun ini saya ingin lebih banyak baca buku luar. Terutama sastra, buku bisnis dan sains sosial. Beberapa menit sebelumnya saya bertanya soal kemudahan akses buku setelah pindah ke Jakarta. Kinokuniya langsung disebut, menandakan toko buku itu menjadi favoritnya selama tinggal di ibu kota. Obrolan kami berlanjut menyinggung soal jurang pengetahuan yang semakin besar di Indonesia. Kota kecil semisal Ambon akan jauh jomplang bila ditanya berapa judul buku baru yang beredar dan dibaca masyarakat.
Memasuki tahun 2016 sudah banyak kebijakan baru yang dibuat Kementrian Pendidikan dan Kebudaaan.
Terlepas dari pro dan kontra keberhasilan Indonesia mengenalkan karya sastranya kepada pembaca dunia. Ajang Frankfurk Book Fair 2015 menjadi titik awal perjalanan panjang dunia sastra Indonesia. Kabar baiknya, ada alokasi dana untuk penerjemahan karya sastra secara berkelanjutan. Demikian kicauan Goenawan Mohamad beberapa hari lalu. Sembari berjalan menyusuri trotoar kota Ambon yang diterangi lampu temaram, saya menanyakan hal yang terus ada di benak saya. Ketika diminta pendapatnya soal kondisi pendidikan saat ini. Kita bisa berharap banyak untuk perubahan pendidikan Indonesia. "Menteri pendidikan, Anies Baswedan sudah on the right track, salah satunya dengan menggandeng aktor-aktor pendidikan." ungkap Bukik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H