Gagasan bernas Radhar Panca Dahana dalam opini "Bilakah Kita Tak Merdeka" di halaman enam Harian Kompas tanggal 25 Agustus 2017 sangat kita apresiasi tinggi. Disana kita diajak untuk sekali lagi merenungi dan melakukan refleksi diri. Terkhusus kaum muda yang mulai tercerabut dari akar budaya sendiri.
Saya sependapat dengan apa yang begitu meresahkan penulis dan tentu kita semua. Bahwa sebagai bangsa kita masih belum sepenuhnya merasakan merdeka di tiga suprastruktur ekonomi, politik, dan hukum. Kemudian soal destruksi milenial. Apa yang kita tonton, percakapkan, dan konsumsi di saluran daring bila tidak disaring dengan baik akan membawa efek negatif. Hoax bertebaran dimana-mana adalah salah satu contoh nyata di masyarakat.
Namun penulis kemudian melanjutkan dengan pernyataan "sebagaimana para anak muda pelaku bisnis startup yang mulai kuat, segera dibeli denga harga "mahal" oleh pemodal asing." di tulisannya. Menurut hemat saya pendapat penulis betul adanya. Apa yang penulis sampaikan adalah realita bahwa tidak semua usaha rintisan bisa mampu bertahan di ekosistem digital saat ini. Banyak pula yang akhirnya diakuisisi oleh perusahaan rintisan atau perusahaan digital yang lain. Itu semua karena Indonesia punya potensi ekonomi digital yang terbilang besar.
Selanjutnya penulis menyebut contoh startup yang dibeli asing adalah Tokopedia dan Gojek. Namun seperti dilansir Bisnis Indonesia 18 Agustus 2017, William Tanuwijaya menyebutkan dalam HUT Tokopedia ke 8, "Banyak tawaran (akuisisi), tetapi tidak pernah sedikitpun ada visi kami untuk menjual perusahaan. Semua rumor dan berita tersebut tidak benar," katanya, Kamis (17/8).Â
Dari sumber yang sama disebutkan, Alibaba Group telah bersedia menanamkan modal senilai Rp14 triliun di Tokopedia. Menjadikan Alibaba sebagai mitra sekaligus pemilik saham minoritas. Dengan kata lain pemilik saham mayoritas Tokopedia.com tetap dipegang oleh para pendiri yaitu William dan Leontinus Alpha Edison.
Oleh sebab itu saya kira penyebutan Tokopedia sebagai contoh startup yang dibeli asing tidak tepat. Kecuali itu betul sudah ada beberapa startup lain yang telah dibeli pemodal asing seperti aplikasi pencarian jodoh daring yaitu setipe.com. Sungguhpun demikian kita semua mahfum ini adalah kekhawatiran kita semua yang diwakili penulis dalam opininya.
Dalam hal ini startup digital memegang peranan besar dalam kemajuan bangsa. Peran tak terbatas dalam memajukan ekonomi masyarakat tentu harus dilindungi dan tidak semudah membalik tangan untuk kemudian diakuisisi pihak pemodal asing. Walaupun demikian saya yakin kalau para pendiri startup digital raksasa Indonesia seperti William Tanuwijaya dan Nadiem Makarim memiliki integritas dan niatan baik untuk ikut membangun Indonesia. Melahirkan penciptaan lapangan kerja dan kemakmuran bersama seperti yang dicita-citakan pendiri bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H