Mohon tunggu...
Steven Saunoah
Steven Saunoah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira-Kupang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah hobi saya. Terkadang menulis membuat saya mengekspresikan jiwa saya ke dalam tulisan. Tulisan yang selalu saya senangi adalah puisi. Karya sastra sederhana itu membuat saya menemukan kembali jiwa saya yang kadang pula rapuh sebagai manusia.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mengeja Detik Sampai Pagi

30 Oktober 2022   00:30 Diperbarui: 30 Oktober 2022   00:34 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MENGEJA DETIK SAMPAI PAGI

*Steven Saunoah

 

Serasa nada-nada indah merumput di telinga sang pujangga rindu

Satu...dua...tiga...adalah detik-detik yang terus terhitung selepas sore.

Tak tahu harus sampai kapan kita mengeja detik di antara bayangan ritme

Mungkinkah kita harus bertemu?

Adalah detik yang terus berbunyi , walau tak disuruh

Adalah rindu sampai pagi yang tersembunyi, walau sedang rapuh.

Rembulan malam enggan membantu mengeja setiap detik yang kuyuh

Sebab, pada akhirnya dia pun akan hilang saat datangnya terang.

Sudut Penfui, 30/10/22


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun