(Bertolaklah ke tempat yang dalam)
*Steven Saunoah
Pisah adalah suara paling teduh saat temu.
Kita akan sulit menepi, sebab sepi kian kunjung kemari.
Lembaian deru kelapa menciptakan lebam paling pedih di sekitar dada dan kepala.
Kau serupa balon yang pernah kudesah gelisah.
      Batu-batu yang kau susun rapih, kini suka melukis dirinya sendiri.
      Berkat-berkat turun serupa hujan, sebab Sabda adalah awan-awannya.
      Memang tidak ada ikhlas yang sempurna,
      Tetapi  tekat ketatmu tampil sebagai sajak-sajak indah.
Kelam lamat-lamat layu
Sebab kayuhmu membawa kami sampai pada titik terdalam.
Irama ramah sekali menyapa telinga.
Biarkan reremahmu tumpah ruah di antara para pendosa.
Kita akan sulit berpisah, sebab mata air telah mengucur sebagai air mata.
      Duc in Altum...
      Sabarmu adalah sabar paling tabah.
      Pisah adalah caraku menangis, sebab kau adalah apa yang selalu kami temui,
      Dan kami adalah apa yang selalu kau lewatkan.
Duc in Altum...
Biarkan lupa tetap ada, sebab tidak ada ikhlas yang sempurna.
Sekarang sederhana saja, "Terima kasih".
Layanganmu sudah terbang tinggi di langit.
Sisanya...lepas adalah cara untuk terbang lebih tinggi lagi
"Sayonara"...See you next time.
Halaman Rindu, 06/09/2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H