Di tengah tantangan perubahan iklim yang semakin mendesak, Indonesia, sebagai salah satu penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia, menghadapi tanggung jawab besar untuk mengurangi emisi karbon. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) berperan penting dalam menciptakan harmoni antara pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan. Melalui serangkaian inisiatif strategis, BPDPKS bertekad untuk mencapai target ambisius Net Zero Emission pada tahun 2060, sambil memberikan kontribusi signifikan terhadap penerimaan negara.
Latar Belakang: Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
Perubahan iklim telah menjadi isu global yang mempengaruhi semua aspek kehidupan. Emisi gas rumah kaca, terutama karbon dioksida (CO2), menjadi faktor utama yang berkontribusi terhadap pemanasan global. Sektor kelapa sawit di Indonesia menyumbang sekitar 8% dari total emisi gas rumah kaca nasional. Dalam upaya mengatasi masalah ini, BPDPKS berfokus pada pengembangan biodiesel sebagai alternatif energi yang lebih bersih. BPDPKS adalah “pahlawan hijau” yang siap menuntun bangsa menuju masa depan yang lebih hijau. Seperti seekor burung migratori yang terbang jarak panjang demi mencapai habitat yang lebih aman, BPDPKS terbang maju dengan visi yang jelas—mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060.
Data Statistik: Fondasi Aksi Hijau
- Produksi Biodiesel 2023: Menurut Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI), produksi biodiesel nasional pada tahun 2023 mencapai 13,15 juta kiloliter, meningkat 1,33 juta kiloliter dibandingkan tahun sebelumnya.
- Penggunaan Biodiesel: Sebanyak 93% dari total produksi biodiesel digunakan untuk kebutuhan domestik, sementara 7% diekspor. Konsumsi minyak sawit untuk biodiesel pada tahun 2023 mencapai 10,65 juta ton atau 45,9% dari total konsumsi nasional.
- Pengurangan Emisi CO2: Program mandatori biodiesel B30 berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 27,8 juta ton CO2e sepanjang tahun 2022. Angka ini setara dengan mengurangi emisi dari sekitar 6,8 juta mobil selama satu tahun.
- Nilai Ekonomi Program Biodiesel: Pada tahun 2023, nilai ekonomi dari program biodiesel diperkirakan mencapai lebih dari $11,2 miliar. Estimasi ini menunjukkan bahwa program biodiesel tidak hanya berdampak positif terhadap lingkungan tetapi juga memberikan kontribusi besar bagi perekonomian nasional.
BPDPKS telah meluncurkan berbagai inisiatif untuk mendukung transisi menuju energi bersih dan mencapai target Net Zero Emission:
1. Program Mandatori Biodiesel
Melalui penerapan campuran biodiesel B30 (30% biodiesel dan 70% solar), BPDPKS tidak hanya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil tetapi juga berkontribusi pada pengurangan emisi karbon secara signifikan. Pada tahun 2023, pemerintah telah mengumumkan uji coba untuk implementasi B40 (40% biodiesel), yang diharapkan dapat semakin memperkuat kontribusi Indonesia terhadap target Net Zero Emission pada tahun 2060.
2. Pengembangan Green Fuel
BPDPKS juga berinvestasi dalam pengembangan bahan bakar nabati berbasis kelapa sawit lainnya seperti green diesel dan green gasoline. Dengan kolaborasi bersama institusi penelitian seperti ITB, BPDPKS menciptakan inovasi yang dapat memenuhi kebutuhan energi domestik sekaligus membuka peluang ekspor ke pasar internasional.
3. Restorasi Lahan Gambut
Lahan gambut memiliki peran penting sebagai penyerap karbon alami. BPDPKS berkomitmen untuk melakukan restorasi lahan gambut yang terdegradasi dengan bekerja sama dengan Badan Restorasi Gambut (BRG). Melalui teknik restorasi yang melibatkan metode 3R (Rewetting, Revegetation, Revitalization), BPDPKS bertujuan untuk mengembalikan fungsi ekosistem alami sambil mengurangi emisi dari degradasi lahan gambut.