Pada detak menit yang berdentang,
langkah kaki lemas dan lunglai menerjang.
"Tak sanggup lagi menunggu,
pada bias-bias tapak
dan setiap jengkal kalbu".
Siang serasa dingin,
sebab, angin menghembuskan bisik-bisik lirih: kembalilah!
Hingga akhirnya mata pun tak berdaya. Sahut awan: sudahlah, aku mengalah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H