SONETA UNTUK PEREMPUAN HEBAT
Letihmu sedari kecil kurasakan saat kedua bola mataku menyapa fajar,
Air matamu meluncur perlahan, dan jatuh membasahi tubuhku yang belum tegar.
Kedua tanganmu membalai pelan, sayup-sayup pada tubuh letihku
Dan "tangisanku" membahagiakan hidupmu, yang telah lama menjadi jiwa perindu.
"Ibu, kau telah menjadi puan terhebat,
Yang mengukir banyak prestasi dalam tiap nadiku setiap hari.
Tanpa doa yang khusuk, tak mungkin aku menjadi seperti ini,
Yang mampu memadamkan api dunia dan hujan badai yang lebat".
Barisan kata-kata indah kau sematkan pada bisik tak berisik,