"Salve Frater. Kabarku baik, bagaimana denganmu?", balas Ana.
"Bahagia sekali ketika mengetahui bahwa kau baik-baik saja. Kabarku juga baik Ana.
Lagi dan lagi Ana dibuat salah tingkah. Dia seperti berada pada taman bunga. Indah sekali. Namun, keindahan itu tak mampu menjelaskan mengapa dia itu indah.
"Ana, minggu ini adalah minggu keluar. Bisakah kita bertemu?"
"Apa? Bertemu?", bisiknya dalam hati penuh kegugupan.
Kali ini hujannya di luar, banjirnya di hati.
Ana benar-benar bingung. Dia tenggelam dalam rasa. Namun.....
"Emmm...tapi, Ter..", jawab Ana penuh keraguan.
"Ana, ada yang ingin kubicarakan. Ini benar-benar serius, Na. bisakah?"
"Akhirnya Tuhan, aku bisa melihatnya lagi," gumam Ana dalam hati.
Ana adalah perempuan sederhana yang tak banyak bicara. Seperti Bunda Maria, dia lebih banyak menyimpannya dalam hati, termasuk rasa yang berbeda kali ini. Dia lebih banyak menuangkan isi hatinya dalam tulisan-tulisan, seperti puisi dan juga cerpen.