Agar semesta bisa diajak berbicara,
tentang ramainya dunia mimpi,
yang tersakiti jarum perindu.
"Masih saja kau (bersedih) di antara ribuan mawar indah kasih-Ku.
Lupakan saja dosamu yang pelik di tepian,
dan tinggalkan saja rindumu di depan rumah-Ku".
Terkadang rapuh, kadang pula (rapuh).
Mungkin hanyalah bias kecil senyuman
yang terpampang indah di raut bibirmu.
Tapi, toh kita hanyalah debu tak berarti
Yang menutupi sedih dengan senyuman.
Penfui, 09/03/23
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H