Brothers Are Not Blood
*Steven Saunoah
Pada sajak tubuh yang hening pada kening
Inginku kecup senyummu yang selalu menyapaku pagi hari di ufuk Timur, sebagai awal hari.
"Ijinkan aku tetap hidup untuk memeliharamu, mengasihimu dengan ritme yang doa yang sama. Syukur dan Amin".
Salam dan cinta dari jiwa perindu di ufuk Timur bagi saudara-saudariku di kota seberang. Satu kata yang sama adalah "kita".
"Ijinkan aku tetap mencintamu wahai adam dan hawa negri lain. Rusukmu adalah rusuk kami yang lain. Yang diciptakan tak serupa, namun sedarah dalam kasih".
Lalu-lalang harmoni hati menciptakan rasa akan cinta, menepi lalu menetap menjadi rindu.
"Ijinkan darahku tetap mengalir dalam nadimu yang sedikit beda. Lalu, mencintaimu adalah menunggu paling senyap antar pulau. Sabang sampai Merauke, namun satu dihubungkan oleh laut"
Akhirnya, ingin kuakhiri puisi ini dalam sajak tubuhmu. Dan kubenamkan rindu pada senyuman manismu, wahai "Adam" dan "Hawa" yang lain. Tugasku adalah mencintaimu paling sunyi. Dan menjadikanmu sebagai saudara yang tak sedarah.Â
Penfui, 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H